PROSES SOSIALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial, untuk itu manusia memerlukan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Manusia perlu mensosialisasikan dirinya dengan orang lain mengenai cara hidup, penyesuaian diri agar dapat berfungsi bagi orang lain. Proses sosialisasi ini merupakan suatu hal yang menjadi pusat penelitian dalam sosiologi pendidikan.
Beberapa ahli mengemukakan mengenai pengertian proses sosial, untuk itu pengertian tentang proses sosial diambil dari berbagai pendapat sehingga menghasilkan suatu pengertian secara utuh. Pembahasan tentang penyesuaian diri dilihat dari penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Sedangkan pembahasan tentang beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan sosial manusia dapat dikaji dari beberapa aspek, misalnya pengaruh bawaan atau genetik dan pengaruh lingkungan atau gabungan dari kedua aspek tersebut. Pembahasan tentang perkembangan tingkah laku kelompok akan mengkaji dari aspek perkembangan anak terkait dengan kelompok tempat mereka melakukan interaksi sosial.
Manusia sebagai mahkluk sosial harus mampu beradaptasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar, karena jika tidak maka individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. Untuk itu sangat penting bagi kita dalam mempelajari aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan proses sosialisasi di lingkungan masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan manusia. Dalam lingkungan keluargalah manusia pertama kali belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk itulah, dalam menciptakan individu yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik dibutuhkan lingkungan keluarga yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belaknag yang telah dipaparkan maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian proses sosialisasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan penyesuaian diri?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses sosialisasi?
4. Apa sajakah yang termasuk aspek-aspek perkembangan sosial?
5. Bagaimana proses perkembangan kesetiaan?
6. Bagaimanakah proses perkembagan tingkah laku kelompok?
7. Bagaimanakah pendidikan dipandang sebagai pranata sosial?
8. Bagaimanakah keluarga dipandanag sebagai pranata sosial?
9. Bagaimanakah perubahan dalam pranata keluarga?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka diharapkan dapat mendeskripsikan tentang :
1. Pengertian proses sosialisasi.
2. Konsep penyesuaian diri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi.
4. Aspek-aspek perkembangan sosial.
5. Perkembangan kesetiaan.
6. Perkembangan tingkah laku kelompok.
7. Pendidikan sebagai pranata sosial.
8. Keluarga sebagai pranata sosial.
9. Perubahan dalam pranata keluara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Sosialisasi
Sebelum mengarah tentang proses sosiali, maka dikemukakan terlebih dahulu pengertian sosialisasi menurut para ahli diantaranya :
1. Charlotte Buhler (Vembriarto, 1978) sosialisasi yaitu proses yang membentu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup serta bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berfungsi serta berperan dalam kelompoknya.
2. Thomas Foult Hoult (Vembriarto, 1978) proses sosialisasi yaitu proses dimana individu belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan atandart yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
3. R. S. Lazarus (Vembriarto, 1978) proses sosialisai yaitu proses akomodasi dengan mana individu manghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan lingkungannya.
4. Mead (Ritzer, 2004) proses sosialisasi mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya.
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan diantaranya
1. Proses sosialisasi merupakan proses belajar
2. Dalam proses sosialisasi tersebut, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide, pola-pola nilai dan tingkah laku serta standar tingkah laku tempat dia hidup.
3. Semua sifat dan kelakuan yang dipelajari dalam proses sosialisasi disusun dan dikembangkan sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya.
Proses sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Melalui proses sosialisasi ini maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial.
B. Konsep Penyesuaian Diri
Menurut Charles Darwin dalam Soekanto (1990) organisme yang dapat bertahan hidup adalah organisme yang dapat mempertahankan diri dengan lingkungan fisiknya. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang tidak dapat menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan fisiknya akan mati. Contohnya seorang individu yang merasakan hawa dingin, maka untuk mengatasinya ia memakai baju tebal. Ini merupakan suatu bukti penyesuaian diri dengan lingkungan fisiknya.
Selain itu seorang individu yang merupakan makhluk sosial dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar. Apabila ia tidak dapat menyesuaikan diri maka akan dikucilkan oleh anggota masyarakatnya. Pada dasarnya proses sosialisasi dan proses penyesuaian diri merupakan reaksi terhadap tuntutan yang bersifat ekonomis, sosial dan sebagainya. Begitu juga tuntutan eksternal dan internal. Proses penyesuaian ini dipandang dari dua sudut yaitu kualitas dan proses berlangsungnya.
Oleh karena itu manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut kualitas berarti menilai proses tersebut, dibedakan mana proses penyesuaian diri yang gagal dan yang berhasil, mana yang efisien dan tidak. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menialai keberhasilan diantaranya :
1. Kepuasan Psikis
Penyesuaian diri yang berhasil menimbulkan kepuasan, sedangkan yang gagal menimbulkan kekecewaan.
2. Efisiensi Kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan kelihatan dalam efisiensi kerja, begitu pula sebaliknya.
3. Gejala-gejala fisik
Penyesuaian diri yang gagal akan menampakkna gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut dan lain sebagainya.
4. Penerimaan sosial
Penyesuaian diri yang berhasil menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan ditolak oleh masyarakat.
Ditinjau dari segi proses yang dipandang adalah berlangsungya proses penyesuaian diri. Hal ini dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
1. Autoplastis yaitu individu mengadakan penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Dalam hal ini penyesuaian diri adalah individu tersebut.
2. Alloplastis yaitu dalam menyesuaikan diri itu individu mengubah tuntutan dan kondisi-kondisi lingkungannya supaya sesuai dengan dirinya
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial. Menurut Robbins dan Vembriarto (1978) perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Sifat dasar, adalah sifat-sifat yang diwarisi individu dari kedua orang tuanya. Sifat dasar ini banyak dipengaruhnya dalam perkembangan kepribadian individu.
2. Lingkungan pranatal, adalah lingkungan sebelum kelahiran atau sewaktu individu berada dalam kandungan. Pada masa ini perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
a. Beberapa jenis penyakit
b. Gangguan endokrin yang dapat menyebabkan keterbelakangan psikologis perkembangan anak
c. Struktur pada tubuh ibu
d. Rasa kaget ketika kelahiran
3. Perbedaan individu, meskipun individu berkembang dalam lingkungan masyarakat yang sama namun tidak seorangpun individu tersebut yang sama kepribadiannya. Hal ini disebabkan akibat keunikan yang dimiliki masing-masing individu. Perbedaan ini mencakup segi fisik, fisiologis, ciri mental dan emosional.
4. Lingkungan, adalah kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi sosialisasinya, yang dapat dibedakan lingkungan alam, budaya, manusia lainnya, dan masyarakat.
5. Motivasi, adalah kekuatan-kekuatan atau dorongan yang menyebabkan individu berbuat. Motivasi dibedakan atas dua dari dalam diriindividu yang disebut motif serta dari luar diri diri individu baik dari orang lain maupun keompok ataupun masyarakat.
Tingkah laku individu dipengaruhi oleh motivasi dimana individu itu berbuat, apa tujuan serta harapannya, semua itu akan tercermin dalam tingkah lakunya.
D. Aspek-aspek Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dilihat dari dua aspek yaitu :
1. Aspek biologi yaitu perkembangan individu mulai dari bayi, anak-anak, remaja dan akhirnya menjadi orang dewasa. Inilah yang disebut perkembangan jasmaniah.
2. Aspek personal sosial yaitu perkembangan pribadi individu . perkembangan sosial memiliki dua aspek yaitu proses belajar sosial atau proses sosialisasi dan proses pembentukan kesetiaan sosial.
Terdapat dua dasar proses belajar sosial manusia atau yang biasa disebut proses sosialisasi yaitu :
1. Sifat tergantung manusia terhadap manusia lain, dimana telah diketahui bahwa tidak ada individu yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya pada masa bayi manusia tergantung dari pertolongan orang tunya, begitu pula setelah ia dewasa manusia memiliki rasa saling ketergantungan dengan manusia lain.
2. Sifat adaptabilita dan intelegensi, dimana manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri yang tentunya dilengkapi dengan intelegensi. Oleh karena itu ia mampu mempelajari bermacam-macam tingkah laku sosial.
Proses belajar sosial ini berlangsung sepanjang umur (life long process), bermula sejak manusia lahir hingga mati. Proses sosialisasi ini berlangsung dalam kelompok ataaupun lembaga di masyarakat. Dalam mempengaruhi sosialisasi anak ada beberapa metode yang dipakai orang dewasa, yaitu :
1. Metode ganjaran dan hukuman
Tingkah laku yang salah pada anak diberi hukuman dan yang benar diberi ganjaran atau hadiah. Dengan adanya hukuman anak akan menyadari kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya. Sedangkan dengan adanya ganjaran atau hadiah bahwa perilakunya benar dan perlu dipertahankan.
2. Metode pemberian contoh
Orang dewasa mengajarkan berbagai contoh kepada anak. Anak akan mencontoh apa yang dilakukan orang dewasa sehingga terjadi proses imitasi yang juga erat kaitanya dengan proses identifikasi terhadap tingkah laku orang dewasa tersebut.
3. Metode pendidikan pengajaran
Orang dewasa mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada anak baik melalui pemberian informasi, ceramah ataupun penjelasan.
E. Perkembangan Kesetiaan
Perkembangan kesetiaan sosial ini bersumber dari partisipasi, komunikasi dan kerjasama individu dalam kehidupan kelompok. Bantuan yang diberikan ini pada akhirnya akan menimbulkan kemesraan pada anak yang pada akhirnya muncul ikatan sosial. Dengan demikian akan berkembang kesetiaan anak pada orang-orang disekitarnya. Ini merupakan awal dari berkembang dalam kelompok primer seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok teman sebaya dan lain sebagainya yang kemudian baru berkembang ke kelompok sekunder.
Perkembangan sosialisasi pada orang dewasa terjadi dengan cara mereka sendiri. Sosialisasi orang dewasa banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan, pandangan hidup dan konsep diri (self concept). Orang dewasa sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Mereka akan bertindak sesuai dengan konsep dirinya dan pandangan hidupnya, apakah hal tersuebut sesuai dengan pandangan hidupnya dengan norma atau nilai kelompok, biasanya mereka akan menarik diri dari kelompok.
Hal ini erat kaitanya dengan perkembangan loyalitas atau kesetiaan sosial orang dewasa. Ornag dewasa akan mempertimbangakan dengan pikirannya mana orang yang harus diikuti dan mana yang tidak. Biasanya kesetiaan sosial ini akan lebih banyak berkembang apabila diantara mereka banyak persamaan misalnya, dalam tujuan pandangan hidup, latar belakang kehidupan dan lain sebagainya.
F. Perkembangan Tingkah Laku Kelompok
Perkembangan sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial dalam peranan anak dalam kelompok sebaya terjadi melalui beberapa tahap :
1. Tahap permainan soliter
Pada tahap ini anak bermain sendiri dimana anak memperlakukan teman sebayanya sebagai benda.
2. Tahap permainan semi soliter/permainan paralel
Ketika anak berumur 2 tahun, dia bermain sendiri walaupun ada teman sebaya disekitarnya.
3. Tahap permainan kooperatif
Pada tahap ini anak mulai melakukan kegiatan bersama-sama dalam kelompok sebayanya, biasanya berjumlah kelompok kecil 3-5 orang
4. Fase permainan khayal
Pada fase ini (ketika anak berusia 3-5 th) anak menirukan peranan-peranan yang serupa dengan orang dewasa. Pada anak mulai berkembang konsep tentang dirinya dan orang lain sering kali bersifat tak konsisten atau selalu berubah-ubah
5. Fase bermain kelompok
Pada fase sudah berkembang kepatuhan pada kelompok pimpinan dan merupakan perkembangan dari fase-fase sebelumnya.
6. Permainan Tim yang terorganisasi (10-14) orang.
Kelompok pada fase ini sudah terorganisasi, mempunyai aturan-aturan, upacara atribut dan sebagainya.
7. Fase setelah masa pubertas
Pada fase ini jumlah anggota kelompok sangat kecil dan bersifat homogen dan terbentuk atas dasar kesamaan minat.
Perkembangan sosial ini berlangsung terus hingga anak menjadi orang dewasa. Keberhasilan seseorang dalam melalui tahapan-tahapan ini akan terlihat dari peranan sosialnya setelah ia dewasa. Orang dewasa akan berperan dalam kelompoknya sesuai dengan tujuan yang hendak ia capai dalam memasuki suatu kelompok. Pada umumnya orang dewasa akan mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok apabila ada persamaan nilai kelompok dengan yang dianutnya. Timbul perpecahan-perpecahan dalam kelompok yang biasanya disebabkan oleh benturan-benturan nilai antara sesama anggota kelompok.
G. Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Menurut Ki Hadjar Dewantara, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan atau perkawinan lalu mengerti dan merasa sebagai suatu gabungan yang memiliki hak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kemulian semua anggotanya. Batasan di atas mencerminkan bahwa keluarga secara hakiki memiliki keistimewaan karena dipimpin olah kepala keluarga, biasanya seorang ayah atau seorang ibu dalam keluarga tunggal (single parent) berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat dimana mereka berada.
Pada dasarnya keluarga memiliki banyak fungsi dimana fungsi-fungsi tersebut harus dijalankan secara utuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu fungsi kasih sayang, fungsi komunikasi, fungsi perlindungan, fungsi rekreasi, fungsi agama dan fungsi sosial.
H. Keluarga sebagai Pranata Sosial
1. Keluarga sebagai Lembaga Sosial
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat, dimana para anggotanya salaing berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya. Rose (Vimbriarto : 1978) mengemukakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok dimana individu-individu berhubungan dan mengenal satu sama liannya berdasarkan kelahiran, perkawinan dan adoopsi. Pengertian dan definisi tersebut mengarah pada keluarga dalam keadaan normal. Pengertian keluarga dimaksud dinamakan keluarga inti (nuclear family), dan keluarga ini berbeda dengan keluarga batih (extended family), yang anggotanya tergantung pada besar kecilnya anggota yang ditampung, misalnya ayah, ibu, anak, nenek, kemenaan, pembantu, dan sebagainya.
Biro Sensus Amerika mengemukakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Sedangkan Bogardus (vimbrianto : 1978) disamping kedua aspek tersebut masih ada aspek lain yaitu aspek hubungan kasih sayang dan pengasuhan anak sebagai anggota keluarga. Jadi keluarga adalah kelompok sosial yang kecil yang komposisinya secara normal terdiri atas : ayah, ibu dan seorang anak atau lebih dimana rasa kasih sayang dibagi secara adil dan bertanggung jawab. Dimana anak diasuh untuk menjadi orang-orang yang dapat mengontrol dirinya sendiri dan mempunyai motivasi sosial.
b. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi perlindungan, pendidikan, dan motivasi-motivasi sosial.
1) Fungsi Pendidikan
Pada awal peradaban manusia keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Pada masa itu keluarga masih mampu mendidik anaknya untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Namun pada perkembangan berikutnya karena pengarug tuntutan tuntutan zaman fungsi pendidikan pindah ke institusi keluarga, yaitu pendidikan nonformal dan pendidikan formal.
2) Fungsi Ekonomi
Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah merubah sifat keluarga dan institusi pedesaan dan agraris menjadi institusi perkotaan dan industri. Perubahan tersebut mempengaruhi fungsi keluarga yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pekerjaan anggota keluarga, menjadi keluarga yang kebutuhan hidupnya dicari di luar keluarga dan bahkan meningglakan desanya untuk bekerja dalam dunia industri. Dalam proses perubahan tersebut keluarga mempunyai fungsi motivasi sosial yang dapat mendorong anaknya agar memperoleh pendidikan yang cukup sehingga dapat memasuki dunia kerja yang dapat menopang kebutuhan hidup keluarga.
3) Fungsi perlindungan dan motivasi sosial
Pada masyarakat tradisional keluarga berusaha memberikan perlindungan baik fisik maupun sosial. Perlindungan fisik diberikan kepada anak-anak, berupa pemberian rawatan kesehatan. Hal ini berbeda dengan masyarakat maju atau modern yang menyerahkan fungsi ini kepada ahli perawat, dan anak hanya diberikan pendidikan yang memadai untuk bisa hidup mandiri. Demikian pula dengan motivasi sosial orang tua terhadap anaknya. Dalam masyarakat tradisional motivasi sosial diberikan kepada anaknya sesuai dengan tuntutan hidup keluarga, sedangkan keluarga maju motivasi sosial diberikan terhadap anaknya agar mereka hidup mandiri, tidak tergantung pada orang tuanya atau tergantung pada orang lain.
2. Hubungan Orang tua dan Anak dalam Keluarga
Hubungan yang ada dalam keluarga adalah hubungan yang timbul karena ikatan perkawinan. Pengertian keluarga tersebut adalah pengertian keluarga inti, tetapi keluarga batih anggita keluarganya terdiri dari anggota yang berasalah dari pihak ayah juda ibu. Anggota batih memiliki hubungan sedarah tetapi tidak sedekat hubungan keluarga inti.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dalam pengalaman hidup seorang anak. Dimana didalamnya terjadi interaksi sosial antara anggota keluarga. Dan interaksi ini menyebabkan adanya pemahaman bahwa anak merupakan makhluk sosial dan memahami norma sosial yang berlaku dalam keluarga. Corak hubungan orang tua dengan anak sangat menentukan proses sosialisasi anak. Corak tersebut dibedakan menjadi tiga pola yaitu (a) pola menerima-menolak, berdasarkan rasa kasih sayang atau kemesraan orang tua terhadap anak (b) pola memiliki-melepas, berdasarkan seberapa besar sikap protektif orang tua terhadap anak (c) pola demokrasi-otoriter, pada sisi demokrasi dimana orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berkembang kepada anaknya untuk berkembang dengan bimbingan orang tua, sedangkan pada sisi otoriter orang tua sangat mendominasi anaknya dalam segala aktivitasnya.
3. Proses Sosialisasi dalam Keluarga
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya (Soekanto, 1990:66). Dalam pembahasannya mencakup ruang lingkup yang luas merupakan serangkaian studi sosiologi, termasuk didalamnya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antara orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Berlangsungnya proses interaksi berdasarkan faktor imitasi, sugesti, identifikasi, serta simpati. Terdapat pula syarat interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
I. Perubahan dalam Pranata Keluarga
Keluarga adalah berkumpulnya beberapa orang yang terikat oleh satu turunan atau perkawinan dan merasakan adanya kebersamaan sebagai suatu gabungan serta memiliki hak dan kewajiban bersama untuk menciptakan kemuliaan anggotanya. Keluarga tersebut dikategorikan sebagai keluarga inti, sedangkan keluarga lain dari pihak suami atau istri bergabung karena adanya ikatan perkawinan sehingga menyebabkan keluarga lebih luas ini disebut keluarga batih. Kehidupan keluarga batih berkembang dari masyarakat tradisional, sedangkan keluarga inti berkembang dari masyarakat modern. Dalam masyarakat tradisional keluarga batih mengalami perubahan kearah keluarga inti, sedangkan keluarga inti mengalami pergeseran kearah keluarga tunggal. Dimana keluarga tunggal tersebut terdiri atas ibu dan anak, baik anak kandung maupun keluarga tiri. Ada bebrapa alasan mengapa kelompok tersebut tidak kembali dalam keluarga tradisional diantaranya (1) keluarga tradisional merupakan unit ekonomis atau kekerabatan, (2) keluarga tradisional umumnya melibatkan standar ganda dalam urusan seksual, (3) anak tidak memiliki manfaat ekonomis, tetapi menjadi beban keluarga.
Perubahan yang terjadi dalam keluarga dipengaruhi oleh budaya masyarakat tempat mereka tinggal dan hubungan antara warga masyarakat tersebut dengan masyarakat lain. Menurut hasil penelitian para ahli menemukan proposisi bahwa perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga, mobilisasi penduduk dan penyebaran nilai-nilai baru akan memberikan kontribusi dalam perubahan budaya lokal termasuk didalamnya perubahan pranata sosial keluarga.
1. Temuan Penelitian tentang Perubahan Keluarga (Kasus Keluarga Minang)
Berdasarakan peneliian yang dilakukan oleh Firman, 1997 tentang perubahan yang terjadi dalam keluarga kecil (samande) yang terdiri dari saudara perempuan, suami (sumando) dan kemenakan, yang menggantikan keluarga luas (saparuik) menjadi kenyataan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti mengemukakan 4 proposisi sebagai berikut :
1. Penggunaan sumber ekonomi keluarga mempunyai arti penting dalam penentuan posisi dan fungsi sebagai kepala keluarga dalam masyarakat.
2. Perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga akan mempengaruhi penguasaan, perilaku dalam pengasuhan, serta relasi suami istri dalam keluarga.
3. Perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga, mobilisasi penduduk dan penyebaran nilai-nilai baru akan memberikan kontribusi dalam perubahan budaya local.
4. Dalam perubahan struktur keeluarga dalam masyarakat matrinel di Minagkabau, posisi dan fungsi bapak sosial (mamak) terhadap anak saudara perempuan (kemenakan) diambil oleh bapak biologis (bapak) di lingkungan keluarga samande .
2. Perubahan Lembaga Keluarga dalam Perspektif teori Perubahan Sosial
Keluarga sebagai unit lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan cerminan dari struktur sosial dalam masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mengalami perubahan dalam proses sosial dalam waktu sesuai dengan perkemabangan jaman. Perubahan struktur keluarga menurut Giddens terjadi akibat dari kebijaksanaan keluarga yang merupakan batu ujian penting bagi politik baru. Perubahan keluarga dapat dilihat dari tingkat perceraian yang tinggi di Negara barat. Proporsi keluarga dengan orang tua tunggal dan anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua yang tidak menikah terus meningkat tajam.
Giddens mengatakan banyak kalangan yang berbicara tentang kehancuran keluarga, karena hakekat keluarga dibentuk oleh ikatan perkawinan. Pendapat ini dikemukakan oleh kelompok kanan yang menghendaki tegaknya kesucian perkawinan. Sedangkan kelompok kiri menganggap bahwa hidup bersama diluar pernikahan merupakan hal yang wajar dan orang tua tunggal mampu membesarkan anaknya sebagai orang tua yang lengkap.
Salah satu faktor yang menyebabkan perpecahan keluarga adalah konflik laten baik antara keluarga batih ataupun keluarga inti. Upaya yang dapat ditempuh dalam rangka mengatasi konflik dapat dilakukan dengan dua tahapan : 1) menginfestasikan konflik, dalam arti konflik laten diungkap kepermukaan agar konflik secara terbuka dapat diselesaikan dan mencapai tujuan yang diinginkan; 2) meningkatkan konflik yang merujuk pada situasi yang menunjukan adanya peningkatan ketegangan dan kekerasan. Konflik keluarga yang bersifat laten biasanya mengendap begitu lama dan tidak adanya keberanian dari kedua belah pihak akan menyebabkan renggangnya hubungan yang berkepanjangan. Apabila salah satu fihak memliki keberanian untuk mengungkapakan konflik ke permukaan akan timbul pertengkaran yang dapat menyelesaikan permasalahan.
3. Analisis berdasarkan teori Perubahan Sosial
Konflik adalah hubungan antara hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki, sasaran –sasaran yang tidak sejalan. Dari definisi konflik tersebut secara jelas dapat ditangkap perbedaan pemahaman tentang konsep keluarga yang dibentuk berdasarkan budaya masyarakat. Berdasarkan pengalaman tentang kegagalan membina rumah tangga muncul sikap-sikap apriori terhadap konsep keluarga inti, dan membentuk pemahaman baru tentang konsep keluarga tunggal (single parent) dalam berbagai alasan diantaranya : 1) keluarga tradisional terutama adalah unit ekonomis dan kekerabatan; 2) keluarga tradisional pada umumnya melibatkan standar ganda dalam urusan seksual, dimana pria diberi hak seksual yang lebih besar; 3) anak tidak lagi memiliki manfaat ekonomis, tetapi menjadi beban ekonomis keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Melalui proses sosialisasi ini maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial.
2. Manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi yaitu : Sifat dasar, Lingkungan prenatal, Perbedaan individu, Lingkungan, Motivasi.
4. Aspek-aspek perkembangan sosial terbagi menjadi aspek biologis dan aspek personal sosial.
5. Perkembangan kesetiaan sosial ini bersumber dari partisipasi, komunikasi dan kerjasama individu dalam kehidupan kelompok.
6. Perkembangan sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial
7. Pada dasarnya keluarga memiliki banyak fungsi dimana fungsi-funsi tersebut harus dijalankan secara utuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu funsi kasih sayang, fungsi komunikasi, fungsi perlindungan, fungsi rekerasi, fungsi agama dan fungsi sosial.
8. Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat, dimana para anggotanya salaing berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
9. Keluarga sebagai unit lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan cerminan dari struktur sosial dalam masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mengalami perubahan dalam proses sosial dalam waktu sesuai dengan perkembangan jaman
B. Saran
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, penulis memberikan saran antara lain:
1. Hendaknya setiap individu mampu mengadakan sosialisasi dengan baik agar mampu mengaplikasikan dirinya dalam masyarakat.
2. Kita harus memiliki motivasi yang kuat, karena motivasi itu sendiri dapat mempengaruhi tingkah laku atau sosialisasi setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1990. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta : Rieneka Cipta
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial, untuk itu manusia memerlukan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Manusia perlu mensosialisasikan dirinya dengan orang lain mengenai cara hidup, penyesuaian diri agar dapat berfungsi bagi orang lain. Proses sosialisasi ini merupakan suatu hal yang menjadi pusat penelitian dalam sosiologi pendidikan.
Beberapa ahli mengemukakan mengenai pengertian proses sosial, untuk itu pengertian tentang proses sosial diambil dari berbagai pendapat sehingga menghasilkan suatu pengertian secara utuh. Pembahasan tentang penyesuaian diri dilihat dari penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Sedangkan pembahasan tentang beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan sosial manusia dapat dikaji dari beberapa aspek, misalnya pengaruh bawaan atau genetik dan pengaruh lingkungan atau gabungan dari kedua aspek tersebut. Pembahasan tentang perkembangan tingkah laku kelompok akan mengkaji dari aspek perkembangan anak terkait dengan kelompok tempat mereka melakukan interaksi sosial.
Manusia sebagai mahkluk sosial harus mampu beradaptasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar, karena jika tidak maka individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. Untuk itu sangat penting bagi kita dalam mempelajari aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan proses sosialisasi di lingkungan masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan manusia. Dalam lingkungan keluargalah manusia pertama kali belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk itulah, dalam menciptakan individu yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik dibutuhkan lingkungan keluarga yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belaknag yang telah dipaparkan maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian proses sosialisasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan penyesuaian diri?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses sosialisasi?
4. Apa sajakah yang termasuk aspek-aspek perkembangan sosial?
5. Bagaimana proses perkembangan kesetiaan?
6. Bagaimanakah proses perkembagan tingkah laku kelompok?
7. Bagaimanakah pendidikan dipandang sebagai pranata sosial?
8. Bagaimanakah keluarga dipandanag sebagai pranata sosial?
9. Bagaimanakah perubahan dalam pranata keluarga?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka diharapkan dapat mendeskripsikan tentang :
1. Pengertian proses sosialisasi.
2. Konsep penyesuaian diri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi.
4. Aspek-aspek perkembangan sosial.
5. Perkembangan kesetiaan.
6. Perkembangan tingkah laku kelompok.
7. Pendidikan sebagai pranata sosial.
8. Keluarga sebagai pranata sosial.
9. Perubahan dalam pranata keluara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Sosialisasi
Sebelum mengarah tentang proses sosiali, maka dikemukakan terlebih dahulu pengertian sosialisasi menurut para ahli diantaranya :
1. Charlotte Buhler (Vembriarto, 1978) sosialisasi yaitu proses yang membentu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup serta bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berfungsi serta berperan dalam kelompoknya.
2. Thomas Foult Hoult (Vembriarto, 1978) proses sosialisasi yaitu proses dimana individu belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan atandart yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
3. R. S. Lazarus (Vembriarto, 1978) proses sosialisai yaitu proses akomodasi dengan mana individu manghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan lingkungannya.
4. Mead (Ritzer, 2004) proses sosialisasi mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya.
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan diantaranya
1. Proses sosialisasi merupakan proses belajar
2. Dalam proses sosialisasi tersebut, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide, pola-pola nilai dan tingkah laku serta standar tingkah laku tempat dia hidup.
3. Semua sifat dan kelakuan yang dipelajari dalam proses sosialisasi disusun dan dikembangkan sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya.
Proses sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Melalui proses sosialisasi ini maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial.
B. Konsep Penyesuaian Diri
Menurut Charles Darwin dalam Soekanto (1990) organisme yang dapat bertahan hidup adalah organisme yang dapat mempertahankan diri dengan lingkungan fisiknya. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia yang tidak dapat menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan fisiknya akan mati. Contohnya seorang individu yang merasakan hawa dingin, maka untuk mengatasinya ia memakai baju tebal. Ini merupakan suatu bukti penyesuaian diri dengan lingkungan fisiknya.
Selain itu seorang individu yang merupakan makhluk sosial dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar. Apabila ia tidak dapat menyesuaikan diri maka akan dikucilkan oleh anggota masyarakatnya. Pada dasarnya proses sosialisasi dan proses penyesuaian diri merupakan reaksi terhadap tuntutan yang bersifat ekonomis, sosial dan sebagainya. Begitu juga tuntutan eksternal dan internal. Proses penyesuaian ini dipandang dari dua sudut yaitu kualitas dan proses berlangsungnya.
Oleh karena itu manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut kualitas berarti menilai proses tersebut, dibedakan mana proses penyesuaian diri yang gagal dan yang berhasil, mana yang efisien dan tidak. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menialai keberhasilan diantaranya :
1. Kepuasan Psikis
Penyesuaian diri yang berhasil menimbulkan kepuasan, sedangkan yang gagal menimbulkan kekecewaan.
2. Efisiensi Kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan kelihatan dalam efisiensi kerja, begitu pula sebaliknya.
3. Gejala-gejala fisik
Penyesuaian diri yang gagal akan menampakkna gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut dan lain sebagainya.
4. Penerimaan sosial
Penyesuaian diri yang berhasil menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan ditolak oleh masyarakat.
Ditinjau dari segi proses yang dipandang adalah berlangsungya proses penyesuaian diri. Hal ini dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
1. Autoplastis yaitu individu mengadakan penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Dalam hal ini penyesuaian diri adalah individu tersebut.
2. Alloplastis yaitu dalam menyesuaikan diri itu individu mengubah tuntutan dan kondisi-kondisi lingkungannya supaya sesuai dengan dirinya
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial. Menurut Robbins dan Vembriarto (1978) perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Sifat dasar, adalah sifat-sifat yang diwarisi individu dari kedua orang tuanya. Sifat dasar ini banyak dipengaruhnya dalam perkembangan kepribadian individu.
2. Lingkungan pranatal, adalah lingkungan sebelum kelahiran atau sewaktu individu berada dalam kandungan. Pada masa ini perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
a. Beberapa jenis penyakit
b. Gangguan endokrin yang dapat menyebabkan keterbelakangan psikologis perkembangan anak
c. Struktur pada tubuh ibu
d. Rasa kaget ketika kelahiran
3. Perbedaan individu, meskipun individu berkembang dalam lingkungan masyarakat yang sama namun tidak seorangpun individu tersebut yang sama kepribadiannya. Hal ini disebabkan akibat keunikan yang dimiliki masing-masing individu. Perbedaan ini mencakup segi fisik, fisiologis, ciri mental dan emosional.
4. Lingkungan, adalah kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi sosialisasinya, yang dapat dibedakan lingkungan alam, budaya, manusia lainnya, dan masyarakat.
5. Motivasi, adalah kekuatan-kekuatan atau dorongan yang menyebabkan individu berbuat. Motivasi dibedakan atas dua dari dalam diriindividu yang disebut motif serta dari luar diri diri individu baik dari orang lain maupun keompok ataupun masyarakat.
Tingkah laku individu dipengaruhi oleh motivasi dimana individu itu berbuat, apa tujuan serta harapannya, semua itu akan tercermin dalam tingkah lakunya.
D. Aspek-aspek Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dilihat dari dua aspek yaitu :
1. Aspek biologi yaitu perkembangan individu mulai dari bayi, anak-anak, remaja dan akhirnya menjadi orang dewasa. Inilah yang disebut perkembangan jasmaniah.
2. Aspek personal sosial yaitu perkembangan pribadi individu . perkembangan sosial memiliki dua aspek yaitu proses belajar sosial atau proses sosialisasi dan proses pembentukan kesetiaan sosial.
Terdapat dua dasar proses belajar sosial manusia atau yang biasa disebut proses sosialisasi yaitu :
1. Sifat tergantung manusia terhadap manusia lain, dimana telah diketahui bahwa tidak ada individu yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya pada masa bayi manusia tergantung dari pertolongan orang tunya, begitu pula setelah ia dewasa manusia memiliki rasa saling ketergantungan dengan manusia lain.
2. Sifat adaptabilita dan intelegensi, dimana manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri yang tentunya dilengkapi dengan intelegensi. Oleh karena itu ia mampu mempelajari bermacam-macam tingkah laku sosial.
Proses belajar sosial ini berlangsung sepanjang umur (life long process), bermula sejak manusia lahir hingga mati. Proses sosialisasi ini berlangsung dalam kelompok ataaupun lembaga di masyarakat. Dalam mempengaruhi sosialisasi anak ada beberapa metode yang dipakai orang dewasa, yaitu :
1. Metode ganjaran dan hukuman
Tingkah laku yang salah pada anak diberi hukuman dan yang benar diberi ganjaran atau hadiah. Dengan adanya hukuman anak akan menyadari kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya. Sedangkan dengan adanya ganjaran atau hadiah bahwa perilakunya benar dan perlu dipertahankan.
2. Metode pemberian contoh
Orang dewasa mengajarkan berbagai contoh kepada anak. Anak akan mencontoh apa yang dilakukan orang dewasa sehingga terjadi proses imitasi yang juga erat kaitanya dengan proses identifikasi terhadap tingkah laku orang dewasa tersebut.
3. Metode pendidikan pengajaran
Orang dewasa mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada anak baik melalui pemberian informasi, ceramah ataupun penjelasan.
E. Perkembangan Kesetiaan
Perkembangan kesetiaan sosial ini bersumber dari partisipasi, komunikasi dan kerjasama individu dalam kehidupan kelompok. Bantuan yang diberikan ini pada akhirnya akan menimbulkan kemesraan pada anak yang pada akhirnya muncul ikatan sosial. Dengan demikian akan berkembang kesetiaan anak pada orang-orang disekitarnya. Ini merupakan awal dari berkembang dalam kelompok primer seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok teman sebaya dan lain sebagainya yang kemudian baru berkembang ke kelompok sekunder.
Perkembangan sosialisasi pada orang dewasa terjadi dengan cara mereka sendiri. Sosialisasi orang dewasa banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan, pandangan hidup dan konsep diri (self concept). Orang dewasa sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Mereka akan bertindak sesuai dengan konsep dirinya dan pandangan hidupnya, apakah hal tersuebut sesuai dengan pandangan hidupnya dengan norma atau nilai kelompok, biasanya mereka akan menarik diri dari kelompok.
Hal ini erat kaitanya dengan perkembangan loyalitas atau kesetiaan sosial orang dewasa. Ornag dewasa akan mempertimbangakan dengan pikirannya mana orang yang harus diikuti dan mana yang tidak. Biasanya kesetiaan sosial ini akan lebih banyak berkembang apabila diantara mereka banyak persamaan misalnya, dalam tujuan pandangan hidup, latar belakang kehidupan dan lain sebagainya.
F. Perkembangan Tingkah Laku Kelompok
Perkembangan sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial dalam peranan anak dalam kelompok sebaya terjadi melalui beberapa tahap :
1. Tahap permainan soliter
Pada tahap ini anak bermain sendiri dimana anak memperlakukan teman sebayanya sebagai benda.
2. Tahap permainan semi soliter/permainan paralel
Ketika anak berumur 2 tahun, dia bermain sendiri walaupun ada teman sebaya disekitarnya.
3. Tahap permainan kooperatif
Pada tahap ini anak mulai melakukan kegiatan bersama-sama dalam kelompok sebayanya, biasanya berjumlah kelompok kecil 3-5 orang
4. Fase permainan khayal
Pada fase ini (ketika anak berusia 3-5 th) anak menirukan peranan-peranan yang serupa dengan orang dewasa. Pada anak mulai berkembang konsep tentang dirinya dan orang lain sering kali bersifat tak konsisten atau selalu berubah-ubah
5. Fase bermain kelompok
Pada fase sudah berkembang kepatuhan pada kelompok pimpinan dan merupakan perkembangan dari fase-fase sebelumnya.
6. Permainan Tim yang terorganisasi (10-14) orang.
Kelompok pada fase ini sudah terorganisasi, mempunyai aturan-aturan, upacara atribut dan sebagainya.
7. Fase setelah masa pubertas
Pada fase ini jumlah anggota kelompok sangat kecil dan bersifat homogen dan terbentuk atas dasar kesamaan minat.
Perkembangan sosial ini berlangsung terus hingga anak menjadi orang dewasa. Keberhasilan seseorang dalam melalui tahapan-tahapan ini akan terlihat dari peranan sosialnya setelah ia dewasa. Orang dewasa akan berperan dalam kelompoknya sesuai dengan tujuan yang hendak ia capai dalam memasuki suatu kelompok. Pada umumnya orang dewasa akan mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok apabila ada persamaan nilai kelompok dengan yang dianutnya. Timbul perpecahan-perpecahan dalam kelompok yang biasanya disebabkan oleh benturan-benturan nilai antara sesama anggota kelompok.
G. Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Menurut Ki Hadjar Dewantara, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan atau perkawinan lalu mengerti dan merasa sebagai suatu gabungan yang memiliki hak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kemulian semua anggotanya. Batasan di atas mencerminkan bahwa keluarga secara hakiki memiliki keistimewaan karena dipimpin olah kepala keluarga, biasanya seorang ayah atau seorang ibu dalam keluarga tunggal (single parent) berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat dimana mereka berada.
Pada dasarnya keluarga memiliki banyak fungsi dimana fungsi-fungsi tersebut harus dijalankan secara utuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu fungsi kasih sayang, fungsi komunikasi, fungsi perlindungan, fungsi rekreasi, fungsi agama dan fungsi sosial.
H. Keluarga sebagai Pranata Sosial
1. Keluarga sebagai Lembaga Sosial
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat, dimana para anggotanya salaing berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya. Rose (Vimbriarto : 1978) mengemukakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok dimana individu-individu berhubungan dan mengenal satu sama liannya berdasarkan kelahiran, perkawinan dan adoopsi. Pengertian dan definisi tersebut mengarah pada keluarga dalam keadaan normal. Pengertian keluarga dimaksud dinamakan keluarga inti (nuclear family), dan keluarga ini berbeda dengan keluarga batih (extended family), yang anggotanya tergantung pada besar kecilnya anggota yang ditampung, misalnya ayah, ibu, anak, nenek, kemenaan, pembantu, dan sebagainya.
Biro Sensus Amerika mengemukakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Sedangkan Bogardus (vimbrianto : 1978) disamping kedua aspek tersebut masih ada aspek lain yaitu aspek hubungan kasih sayang dan pengasuhan anak sebagai anggota keluarga. Jadi keluarga adalah kelompok sosial yang kecil yang komposisinya secara normal terdiri atas : ayah, ibu dan seorang anak atau lebih dimana rasa kasih sayang dibagi secara adil dan bertanggung jawab. Dimana anak diasuh untuk menjadi orang-orang yang dapat mengontrol dirinya sendiri dan mempunyai motivasi sosial.
b. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi perlindungan, pendidikan, dan motivasi-motivasi sosial.
1) Fungsi Pendidikan
Pada awal peradaban manusia keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Pada masa itu keluarga masih mampu mendidik anaknya untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Namun pada perkembangan berikutnya karena pengarug tuntutan tuntutan zaman fungsi pendidikan pindah ke institusi keluarga, yaitu pendidikan nonformal dan pendidikan formal.
2) Fungsi Ekonomi
Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah merubah sifat keluarga dan institusi pedesaan dan agraris menjadi institusi perkotaan dan industri. Perubahan tersebut mempengaruhi fungsi keluarga yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pekerjaan anggota keluarga, menjadi keluarga yang kebutuhan hidupnya dicari di luar keluarga dan bahkan meningglakan desanya untuk bekerja dalam dunia industri. Dalam proses perubahan tersebut keluarga mempunyai fungsi motivasi sosial yang dapat mendorong anaknya agar memperoleh pendidikan yang cukup sehingga dapat memasuki dunia kerja yang dapat menopang kebutuhan hidup keluarga.
3) Fungsi perlindungan dan motivasi sosial
Pada masyarakat tradisional keluarga berusaha memberikan perlindungan baik fisik maupun sosial. Perlindungan fisik diberikan kepada anak-anak, berupa pemberian rawatan kesehatan. Hal ini berbeda dengan masyarakat maju atau modern yang menyerahkan fungsi ini kepada ahli perawat, dan anak hanya diberikan pendidikan yang memadai untuk bisa hidup mandiri. Demikian pula dengan motivasi sosial orang tua terhadap anaknya. Dalam masyarakat tradisional motivasi sosial diberikan kepada anaknya sesuai dengan tuntutan hidup keluarga, sedangkan keluarga maju motivasi sosial diberikan terhadap anaknya agar mereka hidup mandiri, tidak tergantung pada orang tuanya atau tergantung pada orang lain.
2. Hubungan Orang tua dan Anak dalam Keluarga
Hubungan yang ada dalam keluarga adalah hubungan yang timbul karena ikatan perkawinan. Pengertian keluarga tersebut adalah pengertian keluarga inti, tetapi keluarga batih anggita keluarganya terdiri dari anggota yang berasalah dari pihak ayah juda ibu. Anggota batih memiliki hubungan sedarah tetapi tidak sedekat hubungan keluarga inti.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dalam pengalaman hidup seorang anak. Dimana didalamnya terjadi interaksi sosial antara anggota keluarga. Dan interaksi ini menyebabkan adanya pemahaman bahwa anak merupakan makhluk sosial dan memahami norma sosial yang berlaku dalam keluarga. Corak hubungan orang tua dengan anak sangat menentukan proses sosialisasi anak. Corak tersebut dibedakan menjadi tiga pola yaitu (a) pola menerima-menolak, berdasarkan rasa kasih sayang atau kemesraan orang tua terhadap anak (b) pola memiliki-melepas, berdasarkan seberapa besar sikap protektif orang tua terhadap anak (c) pola demokrasi-otoriter, pada sisi demokrasi dimana orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berkembang kepada anaknya untuk berkembang dengan bimbingan orang tua, sedangkan pada sisi otoriter orang tua sangat mendominasi anaknya dalam segala aktivitasnya.
3. Proses Sosialisasi dalam Keluarga
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya (Soekanto, 1990:66). Dalam pembahasannya mencakup ruang lingkup yang luas merupakan serangkaian studi sosiologi, termasuk didalamnya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antara orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Berlangsungnya proses interaksi berdasarkan faktor imitasi, sugesti, identifikasi, serta simpati. Terdapat pula syarat interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
I. Perubahan dalam Pranata Keluarga
Keluarga adalah berkumpulnya beberapa orang yang terikat oleh satu turunan atau perkawinan dan merasakan adanya kebersamaan sebagai suatu gabungan serta memiliki hak dan kewajiban bersama untuk menciptakan kemuliaan anggotanya. Keluarga tersebut dikategorikan sebagai keluarga inti, sedangkan keluarga lain dari pihak suami atau istri bergabung karena adanya ikatan perkawinan sehingga menyebabkan keluarga lebih luas ini disebut keluarga batih. Kehidupan keluarga batih berkembang dari masyarakat tradisional, sedangkan keluarga inti berkembang dari masyarakat modern. Dalam masyarakat tradisional keluarga batih mengalami perubahan kearah keluarga inti, sedangkan keluarga inti mengalami pergeseran kearah keluarga tunggal. Dimana keluarga tunggal tersebut terdiri atas ibu dan anak, baik anak kandung maupun keluarga tiri. Ada bebrapa alasan mengapa kelompok tersebut tidak kembali dalam keluarga tradisional diantaranya (1) keluarga tradisional merupakan unit ekonomis atau kekerabatan, (2) keluarga tradisional umumnya melibatkan standar ganda dalam urusan seksual, (3) anak tidak memiliki manfaat ekonomis, tetapi menjadi beban keluarga.
Perubahan yang terjadi dalam keluarga dipengaruhi oleh budaya masyarakat tempat mereka tinggal dan hubungan antara warga masyarakat tersebut dengan masyarakat lain. Menurut hasil penelitian para ahli menemukan proposisi bahwa perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga, mobilisasi penduduk dan penyebaran nilai-nilai baru akan memberikan kontribusi dalam perubahan budaya lokal termasuk didalamnya perubahan pranata sosial keluarga.
1. Temuan Penelitian tentang Perubahan Keluarga (Kasus Keluarga Minang)
Berdasarakan peneliian yang dilakukan oleh Firman, 1997 tentang perubahan yang terjadi dalam keluarga kecil (samande) yang terdiri dari saudara perempuan, suami (sumando) dan kemenakan, yang menggantikan keluarga luas (saparuik) menjadi kenyataan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti mengemukakan 4 proposisi sebagai berikut :
1. Penggunaan sumber ekonomi keluarga mempunyai arti penting dalam penentuan posisi dan fungsi sebagai kepala keluarga dalam masyarakat.
2. Perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga akan mempengaruhi penguasaan, perilaku dalam pengasuhan, serta relasi suami istri dalam keluarga.
3. Perubahan penguasaan sumber ekonomi keluarga, mobilisasi penduduk dan penyebaran nilai-nilai baru akan memberikan kontribusi dalam perubahan budaya local.
4. Dalam perubahan struktur keeluarga dalam masyarakat matrinel di Minagkabau, posisi dan fungsi bapak sosial (mamak) terhadap anak saudara perempuan (kemenakan) diambil oleh bapak biologis (bapak) di lingkungan keluarga samande .
2. Perubahan Lembaga Keluarga dalam Perspektif teori Perubahan Sosial
Keluarga sebagai unit lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan cerminan dari struktur sosial dalam masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mengalami perubahan dalam proses sosial dalam waktu sesuai dengan perkemabangan jaman. Perubahan struktur keluarga menurut Giddens terjadi akibat dari kebijaksanaan keluarga yang merupakan batu ujian penting bagi politik baru. Perubahan keluarga dapat dilihat dari tingkat perceraian yang tinggi di Negara barat. Proporsi keluarga dengan orang tua tunggal dan anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua yang tidak menikah terus meningkat tajam.
Giddens mengatakan banyak kalangan yang berbicara tentang kehancuran keluarga, karena hakekat keluarga dibentuk oleh ikatan perkawinan. Pendapat ini dikemukakan oleh kelompok kanan yang menghendaki tegaknya kesucian perkawinan. Sedangkan kelompok kiri menganggap bahwa hidup bersama diluar pernikahan merupakan hal yang wajar dan orang tua tunggal mampu membesarkan anaknya sebagai orang tua yang lengkap.
Salah satu faktor yang menyebabkan perpecahan keluarga adalah konflik laten baik antara keluarga batih ataupun keluarga inti. Upaya yang dapat ditempuh dalam rangka mengatasi konflik dapat dilakukan dengan dua tahapan : 1) menginfestasikan konflik, dalam arti konflik laten diungkap kepermukaan agar konflik secara terbuka dapat diselesaikan dan mencapai tujuan yang diinginkan; 2) meningkatkan konflik yang merujuk pada situasi yang menunjukan adanya peningkatan ketegangan dan kekerasan. Konflik keluarga yang bersifat laten biasanya mengendap begitu lama dan tidak adanya keberanian dari kedua belah pihak akan menyebabkan renggangnya hubungan yang berkepanjangan. Apabila salah satu fihak memliki keberanian untuk mengungkapakan konflik ke permukaan akan timbul pertengkaran yang dapat menyelesaikan permasalahan.
3. Analisis berdasarkan teori Perubahan Sosial
Konflik adalah hubungan antara hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki, sasaran –sasaran yang tidak sejalan. Dari definisi konflik tersebut secara jelas dapat ditangkap perbedaan pemahaman tentang konsep keluarga yang dibentuk berdasarkan budaya masyarakat. Berdasarkan pengalaman tentang kegagalan membina rumah tangga muncul sikap-sikap apriori terhadap konsep keluarga inti, dan membentuk pemahaman baru tentang konsep keluarga tunggal (single parent) dalam berbagai alasan diantaranya : 1) keluarga tradisional terutama adalah unit ekonomis dan kekerabatan; 2) keluarga tradisional pada umumnya melibatkan standar ganda dalam urusan seksual, dimana pria diberi hak seksual yang lebih besar; 3) anak tidak lagi memiliki manfaat ekonomis, tetapi menjadi beban ekonomis keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Melalui proses sosialisasi ini maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial.
2. Manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi yaitu : Sifat dasar, Lingkungan prenatal, Perbedaan individu, Lingkungan, Motivasi.
4. Aspek-aspek perkembangan sosial terbagi menjadi aspek biologis dan aspek personal sosial.
5. Perkembangan kesetiaan sosial ini bersumber dari partisipasi, komunikasi dan kerjasama individu dalam kehidupan kelompok.
6. Perkembangan sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial
7. Pada dasarnya keluarga memiliki banyak fungsi dimana fungsi-funsi tersebut harus dijalankan secara utuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu funsi kasih sayang, fungsi komunikasi, fungsi perlindungan, fungsi rekerasi, fungsi agama dan fungsi sosial.
8. Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat, dimana para anggotanya salaing berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
9. Keluarga sebagai unit lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan cerminan dari struktur sosial dalam masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mengalami perubahan dalam proses sosial dalam waktu sesuai dengan perkembangan jaman
B. Saran
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, penulis memberikan saran antara lain:
1. Hendaknya setiap individu mampu mengadakan sosialisasi dengan baik agar mampu mengaplikasikan dirinya dalam masyarakat.
2. Kita harus memiliki motivasi yang kuat, karena motivasi itu sendiri dapat mempengaruhi tingkah laku atau sosialisasi setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1990. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta : Rieneka Cipta
0 Response to "PROSES SOSIALISASI"
Post a Comment
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...