Peran Orangtua dalam Menggali Bakat Anak Sejak Masa Kencana
Masa kencana atau sering disebut juga
dengan istilah usia emas (golden age)
merupakan masa yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak di tahap selanjutnya.
Karena hampir sekitar 80% otak mereka berkembang pesat sebelum melewati 5 tahun
pertamanya ini. Tidak dipungkiri, kepribadian dan pertumbuhan fisik anak sangat
ditentukan pula dari pendidikan yang diperoleh pada masa keemasan yang
dilaluinya. Keluarga, adalah salah satu dari tonggak pendidikan itu bermula.
Maka dari itu, kita sebagai orangtua modern di era kekinian, perlu mempelajari
lebih lanjut bagaimana cara mendidik anak dari rumah agar kelak bisa membantu
memaksimalkan perkembangan bakatnya yang menonjol serta membentengi mereka dari
berbagai bahaya dan penyimpangan di era modernisasi seperti sekarang ini.
Berperan sebagai orangtua, khususnya
sebagai seorang ibu, saya sendiri juga memiliki anak-anak yang sedang berada di
masa kencana ini, dan seperti biasanya saya mencoba untuk menyimpan
pengetahuan, berbagi pengalaman serta opini melalui tulisan di blog pribadi
yang sudah berusia lebih tua daripada anak-anak saya sendiri. Selanjutnya, saya
ucapkan selamat datang, selamat membaca, dan semoga terinspirasi...
Karakteristik umum perkembangan anak pada masa kencana
Sebelum kita membicarakan tentang bakat
anak, alangkah baiknya kita mempelajari terlebih dahulu tentang karakteristik
secara umum perkembangan anak pada masa kencana ini. Hal-hal apa sajakah itu?
Jawabannya bisa kita dapatkan pada ulasan berikut.
Perkembangan otak yang sangat pesat menjadikan mereka cepat menangkap dan tanggap terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Tak jarang mereka dijuluki sebagai peniru yang ulung. Apapun yang dilihat, dengan segera mereka tirukan tanpa memilih dan memilah terlebih dahulu mana yang baik ataupun buruk. Mereka juga sudah mampu mengenali berbagai simbol yang dilihatnya. Misalnya logo produk makanan tertentu yang disukainya, atau simbol toko langganan bunda dimana biasanya anak pergi ke sana bersama bunda. Di sisi lain, mereka juga sudah bisa membayangkan benda-benda yang dia miliki di rumah. Seperti mainan dan peralatan rumah tangga yang biasa digunakan sehari-hari.
Selain perkembangan otak, pertumbuhan
fisik anak di usia emas juga berkembang dengan cepat. Anak semakin kuat, bertambah
tinggi, dan bertambah berat. Berbagai jenis gerakan fisik juga dipelajarinya
dengan lincah. Jenis gerakan yang mereka pelajari di usia ini bisa dibedakan
menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Mereka mulai belajar
keterampilan dasar gerak tubuh seperti memiringkan tubuh, tengkurap, berguling,
merangkak, duduk, berjalan, hingga berlarian kesana-kemari. Setelah itu
berkembang lagi belajar gerakan yang lebih rumit dan membutuhkan ketelatenan
seperti menggerakkan jari-jari untuk memegang benda-benda kecil, melakukan
kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan diri sendiri (makan dan minum
sendiri), dan membawa benda-benda tanpa bantuan orang lain. Di bawah ini foto saat anak saya menggendong ayam di rumah kakek neneknya.
Perkembangan berikutnya yang dilalui anak di usia emas adalah perkembangan bahasa. Sampai di puncak usia emas nanti, anak akan mampu menguasai sampai 1.000 kata. Tentunya belajar bahasa ini juga bertahap dari mendengarkan, menirukan bunyi huruf, suku kata, frase kata, sampai tahap mengucapkan berbagai bentuk kalimat. Hingga nanti kemampuan ini akan terus berkembang mencapai tahap belajar membaca dan menulis sederhana.
Selanjutnya terdapat perkembangan sosial
dan emosi anak. Perlu dipahami, menginjak usia 2 tahun, anak sudah mulai
belajar keterampilan sosial sedikit demi sedikit. Mereka akan belajar bermain
bersama teman dan mempelajari berbagai aturan di dalam permainan tersebut. Dari
usia ini pula, karakter dan tipe kepribadiannya mulai nampak dan bisa diamati.
Untuk perkembangan emosinya, anak sudah bisa memahami perasaan diri sendiri
maupun orang lain meskipun masih sangat sederhana. Bersamaan dengan memahami
perasaan ini, mereka juga mulai belajar untuk mengendalikan diri. Maka jangan kaget jika sewaktu-waktu anak masih sering tantrum apalagi di tempat-tempat umum atau keramaian.
Terakhir terdapat perkembangan identitas
diri yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar tempat anak
tumbuh dan berkembang. Misalnya berkaitan dengan jenis kelamin, anak laki-laki
cenderung menyukai permainan bola sedangkan anak perempuan lebih memilih
bermain boneka. Demikian pula dengan sikap dan tingkah laku mereka, anak
laki-laki terkesan lebih berani dan terbuka sedangkan anak perempuan agak
pemalu dan tertutup. Konsep-konsep diri semacam inilah yang banyak terbentuk
sebab perlakuan orang-orang di lingkungan sekitar terhadap mereka.
Nah, setelah memahami karakteristik anak di masa kencana secara umum, mari kita lanjutkan pembahasan tentang bagaimana seharusnya sikap orangtua saat mengasuh anak yang sedang berada di masa kencana. Saya berharap ulasan berikut akan menambah wawasan dan membuat kita sebagai orangtua maupun calon orangtua menjadi lebih bijaksana dalam menjalankan amanah untuk membimbing anak-anak.
Bagaimana seharusnya orangtua bersikap saat mengasuh anak di masa kencana?
Suatu hal yang paling utama, orangtua perlu berhati-hati terhadap segala bentuk ucapan maupun perbuatan di hadapan anak-anak yang sedang berada di masa kencana ini. Saya jadi teringat masa-masa bergabung di Pramuka, di sana diajarkan Dasa Darma Pramuka. Pada urutan yang ke sepuluh tertera:
"Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan."
Kini sebagai seorang ibu, saya merasa baru bisa benar-benar maksimal dalam mengamalkan Dasa Darma yang sudah dipelajari bertahun-tahun sebelumnya. Selain karena ucapan itu sendiri adalah doa, juga karena anak-anak ini sudah mampu mengingat dengan detail segala pengalaman yang pernah dilaluinya. Anda sebagai orangtua tidak mau bukan mematri ingatan buruk atau memberikan contoh tindakan buruk terhadap anak-anak? Sebab bisa saja ingatan ini akan dibawanya sampai dewasa kelak sehingga akan berpengaruh terhadap kepribadian dan karakternya di masa mendatang.
Pada masa ini, sangat bagus bagi
orangtua untuk mulai menanamkan pendidikan moral, membelajarkan berbagai aturan
sederhana, dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumah. Misalnya, dengan memanfaatkan
perkembangan sosial emosinya, orangtua bisa menumbuhkan rasa kasih sayang
terhadap sesama makhluk hidup pada anak, ajari mereka memberi makan binatang
peliharaan (ikan, ayam, kucing, sapi, atau burung). Tanamkan juga cara berterima kasih, mengucapkan kata "tolong" ketika membutuhkan bantuan orang lain, juga meminta maaf kepada orang lain. Agar mereka belajar mengerti rasa syukur, bisa saling menolong dalam kebaikan, dan memiliki rasa rendah hati terhadap orang lain (bukan rendah diri). Orangtua juga sudah seharusnya mengajarkan aturan-aturan
sederhana seperti mengucapkan salam saat masuk rumah dan berpamitan saat akan
keluar rumah. Biasakan pula anak untuk bangun pagi, mandi, beribadah, dan
sebagainya.
Belajar Dasa Darma pertama dan kedua:
"Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa."
"Cinta alam, dan kasih sayang sesama manusia."
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan
sehari-hari dipercaya dapat mempercepat proses belajar mereka untuk bersikap
lebih mandiri dan bertanggung jawab. Jadi jangan melarang mereka bermain-main
dengan sapu, alat pel, cucian, juga sayuran di dapur. Cukup awasi dan arahkan
mereka dengan telaten serta pastikan dalam keadaan yang aman juga jauh dari
alat-alat yang membahayakan seperti pisau dan gunting (karena belum sesuai
usia). Dengan cara ini diharapkan kelak menjadi anak yang bisa mengamalkan Dasa Darma kesembilan:
.
"Bertanggung jawab dan dapat dipercaya"
Selanjutnya, bagaimana cara orangtua membentuk kemandirian pada anak? Baca selengkapnya di artikel berjudul: Membentuk Kemandirian Anak Sejak Dini..
Anak sulung saya sedang memberi makan ikan lele di kolam
Ketika sedang bepergian, jangan malas
mengajak anak karena alasan repot, ribet, atau takut tantrum. Usahakan untuk
mengajaknya dan biasakan untuk berdiskusi di jalan, tunjukkan hal-hal baru
kepadanya. Selain untuk mengasah perkembangan bahasanya, menambah pengetahuannya
tentang dunia luar, hal ini juga bertujuan untuk mengasah kepekaannya terhadap
lingkungan sekitar. Sebagai contoh, saat Anda mengajak anak-anak berkendara,
kebetulan ada mobil patroli polisi lewat, jelaskan kepadanya tentang hal
tersebut, apa tujuannya, dan berikan pengertian tentang apa tugas polisi. Foto di bawah ini diambil saat kami (bersama suami saya) mengajak putra sulung berjalan-jalan di pelabuhan dekat rumah, waktu itu masih belum ada putri bungsu.
Hal berikutnya yang bisa Anda lakukan
sebagai orangtua adalah bermain bersama anak-anak. Anda bisa membantunya
menyiapkan berbagai bentuk permainan yang bisa merangsang perkembangannya.
Seperti lompat tali, berlari kecil, senam bersama, masak-masakan, dan
menggambar dengan menggunakan berbagai alat. Perlu dicatat, untuk permainan,
orangtua tidak perlu membelikan suatu peralatan bermain yang mahal dan tidak
terjangkau. Sesuaikan dengan isi dompet Anda, karena permainan terbaik
sebenarnya bukanlah dengan alat yang serba mahal, akan tetapi permainan terbaik
adalah dari hasil kreasi dan ciptaan si anak sendiri. Permainan semacam ini
diasumsikan lebih bisa merangsang perkembangan keterampilan dan kreativitas anak. Anda pasti berharap anak tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengamalkan Dasa Darma keenam:
"Rajin, terampil, dan gembira"
Setelah Anda bisa memahami karakteristik
umum dan bisa menyikapi anak-anak, kini saatnya mengerucutkan pembahasan menuju
karakteristik khusus, jenis kecerdasan, atau bakat terpendam yang dimiliki
setiap anak. Perlu disadari oleh orangtua, memang banyak kejadian semacam buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya, seorang anak memiliki bakat yang sama dengan
orangtuanya. Namun, perlu diwaspadai juga bahwa:
Setiap anak itu terlahir unik,
berbeda satu sama lain.
Bahkan anak kembar pun memiliki perbedaan. Pola pikir ini
sudah seharusnya membuka pikiran para orangtua untuk menyadari bahwa tidak
menutup kemungkinan bakat yang anak miliki, berbeda dengan bakat kedua
orangtuanya.
Lalu, apa sajakah jenis-jenis kecerdasan atau bakat yang bisa dimiliki anak? Saya sendiri baru mengenali jenis-jenis kecerdasan anak ini saat duduk di bangku kuliah PGSD dulu. Ada 8 jenis kecerdasan menurut Howard Gardner yang sering didengungkan. Anak Anda bisa saja memiliki salah satu di antaranya atau bahkan lebih banyak kecerdasan menonjol yang dia miliki (multitalenta). Namun perlu digarisbawahi saat Anda mulai menggalinya, tumbuhkan pula "emosi jiwanya" berupa perasaan cinta, kasih sayang, empati, tenggang rasa, dan sejenisnya.
Agar kelak kecerdasan atau bakatnya tumbuh seimbang. Maksudnya, anak Anda tidak hanya cerdas secara fisik, tetapi juga cerdas hati sanubarinya.
Aamiin...
Mengenal jenis kecerdasan dan bakat anak sejak usia emas
- Kecerdasan berpikir matematis-logis: Anak yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung sering bertanya, menggali informasi lebih detail, berpikir logis, dan menyukai pengolahan angka. Saat beranjak dewasa, mereka akan mampu menghitung, mengukur, mempertimbangkan rumus-rumus, serta menyelesaikan operasi matematika yang menurut sebagian orang merupakan masalah yang sangat rumit dan kompleks. Jika anak Anda memiliki ciri kecerdasan ini, sering-sering ajaklah dia untuk bermain bentuk permainan yang berhubungan dengan angka dan hitungan. Kelak, Anda bisa mengarahkannya untuk menjadi seorang ahli matematika, programmer, insinyur, ahli teknik, pedagang, atau jenis pekerjaan lain yang berhubungan dengan angka-angka.
- Kecerdasan bahasa: Ciri-cirinya ditandai dengan kecepatannya dalam belajar berbicara dibandingkan dengan anak lain seusianya. Di usia 2 tahun, dia sudah lancar menirukan berbagai kata yang didengarnya, juga mampu menceritakan secara sederhana segala bentuk kejadian yang dialaminya. Bisa jadi, orang lain akan mengatakan bahwa anak Anda adalah anak yang cerewet/ceriwis. Jadi sering-seringlah untuk mengajaknya berdiskusi, serta perkenalkan berbagai cerita kepadanya. Anak semacam ini saat sudah besar bisa diarahkan menjadi seorang pembawa berita, jurnalis, pengisi acara, penulis, wartawan, dan sejenisnya.
- Kecerdasan kinestetik/gerak: Kecerdasan jenis ini dimiliki anak-anak yang sangat cepat belajar menirukan gerakan dari orang lain. Dia terlihat sangat lincah, aktif bergerak, juga mampu menggerakkan otot-otot tubuhnya dengan lentur. Bahkan dia bisa menirukan gerakan-gerakan sulit yang tidak semua orang bisa melakukannya. Sebagai orangtua, Anda bisa memfasilitasi jenis kecerdasan ini dengan mengajaknya bermain berbagai jenis permainan yang melibatkan fisiknya seperti olahraga sepak bola, kasti, dan sebagainya. Kelak Anda bisa menyarankannya untuk berprofesi sebagai olahragawan, penari, pengrajin, guru olahraga, tentara, polisi, dan sejenisnya.
- Kecerdasan musik: Anak yang memiliki kecerdasan musik biasanya sangat peka terhadap berbagai macam bunyi dan irama. Mereka pandai menirukan orang bernyanyi, dan sangat jeli terhadap nada. Mereka memiliki keasyikan tersendiri ketika bercengkrama dengan berbagai jenis alat musik. Bimbing terus mereka saat bermain musik dan bernyanyi. Siapa tahu kelak bisa menjadi seorang musisi, penyanyi, pengarang lagu, atau composer.
- Kecerdasan interpersonal/berteman: Ciri-ciri anak yang memiliki bakat ini yaitu mudah berteman, banyak bicara, ramah, mudah bekerja sama dalam kelompok, dan memiliki rasa empati yang cukup tinggi. Dia cenderung banyak memiliki teman dari segala kalangan karena bisa bermain dengan siapa saja. Jika orangtua sanggup mengarahkan bakatnya, tentu akan berdampak positif untuk kehidupannya di masa mendatang. Caranya yaitu dengan mengenalkannya kepada beberapa teman sebaya, dan mengajaknya ke tempat yang dikunjungi banyak orang, agar bakatnya ini semakin berkembang. Kelak dia bisa saja menjadi ahli marketing, pengusaha, guru, dan pemimpin yang bisa mengayomi bawahannya.
- Kecerdasan intrapersonal/diri sendiri: Kebalikan dari kecerdasan interpersonal, anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal ini cenderung menjadi pribadi yang pendiam, tidak banyak tingkah, banyak merenung, dan lebih banyak melakukan penilaian terhadap diri sendiri atas segala yang telah dilakukannya. Dia cenderung tertutup pada orang di sekelilingnya dan lebih suka melakukan segala kegiatannya sendirian, bukan dalam bentuk kelompok. Meskipun demikian, dia bisa memiliki potensi yang besar untuk menjadi seorang penulis buku, pengamat, psikiater, atau penasihat. Maka dari itu, asahlah kecerdasannya ini dengan menumbuhkan empatinya kepada orang lain dan lingkungan secara maksimal. Jangan lupa untuk memberikan banyak apresiasi kepadanya, karena perasaannya yang sangat halus.
- Kecerdasan gambar dan ruang/visual dan spasial: Kecerdasan jenis ini sangat berhubungan erat dengan pola belajar yang cenderung menggunakan visual atau penglihatan. Anak yang sangat teliti terhadap berbagai bentuk benda, pola-pola garis, gambar, warna, atau bentuk permukaan, bisa dikategorikan memiliki kecerdasan gambar dan ruang. Di kesehariannya, ingatannya juga sangat tajam terhadap berbagai bangunan dan gambar-gambar 2 dimensi ataupun 3 dimensi yang pernah dilihatnya. Arahkan dia untuk memaksimalkan bakatnya dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya saat dia mengekspresikan kecerdasannya. Perkenalkan pada berbagai jenis gambar dan lukisan juga. Agar kelak bisa menjadi seorang arsitek, pelukis, perancang permainan anak-anak, pilot, nahkoda, atau astronot.
- Kecerdasan alam/naturalis: Anak dengan kecerdasan alam sangat nyaman berada di tengah alam sekitar. Dia sangat senang memelihara tanaman, berkebun, memelihara berbagai hewan, dan bermain-main dengan hewan. Dia bisa saja dengan mudah mengenali dan membedakan beragam jenis tumbuhan dan hewan. Maka dari itu, sering-seringlah mengajak dia pergi ke luar untuk menikmati alam, juga berikan hewan peliharaan kepadanya. Kelak, dia bisa diarahkan untuk bekerja di bidang peternakan, perkebunan, pertanian, atau konservasi alam.
Dari berbagai jenis kecerdasan yang ada, anak sulung saya sendiri cenderung memiliki kecerdasan kinestetik dan naturalis yang lebih unggul. Sedangkan si bungsu masih belum bisa diketahui jenis kecerdasan mana yang bisa dimaksimalkan untuk menunjang bakatnya karena memang dia baru lahir. Bagaimana dengan Anda setelah membaca uraian di
atas? Sudahkah Anda melihat jenis kecerdasan dan bakat mana yang lebih menonjol pada diri anak-anak
Anda? Jika Anda sudah menemukan, teruslah dukung mereka dengan cara-cara kreatif Anda, berikan segudang apresiasi, dan bimbinglah agar semakin menjulang. Jika belum, teruslah gali potensi mereka dan segera tentukan cara
pengasuhan yang tepat agar Anda bisa membantu memaksimalkan sedini mungkin
bakat yang dimiliki mereka.
Mengapa Anda harus melakukan penggalian
bakat anak? Sebab orangtua sangat berperan dalam membuka bakat terpendam anak.
Selain keluarga, sekolah juga memegang peranan yang tak kalah penting. TK/KB di
Pangkalpinang ini, Sekolah Babel Kids, bisa dijadikan salah satu teladan. Pada akhir tahun
lalu, sekolah ini menggelar Family’s Got
Talent 2017 yakni sebuah ajang kompetisi bakat anak bersama orangtua, yang
dikemas dalam sebuah panggung pertunjukan bertema “Raise Your Talent, Build Your Future”. Berita selengkapnya bisa dibaca di artikel berjudul: Orang Tua Berperan Membuka Bakat Terpendam Anak. Akhir kata saya berharap agar semua pihak yang memegang peran penting dalam pendidikan bisa menjadi #sahabatkeluarga
dengan memberikan cinta, pola pengasuhan, dan pendidikan yang tepat kepada anak-anak sejak masa kencana.
Lengkap dan bermanfaat banget mbak. Izin bookmark ya mbk. Aku yg belum nikah ini jadi belajar bnyk. Cuma sedikit saran mbk, karna tulisannya kepanjangan, kayanya lebih bagus dikasih part-part gt. Makasih sharingnya mbk. Salam, muthihauradotcom
ReplyDeleteOk mbak, semoga bermanfaat ya... & thanks sarannya. Maklum masih belajar, nanti coba sy perbaiki lg tampilannya biar lbh enak dibaca
DeleteMbak..komplit sekali ini...Jadi ingat saat aktif Pramuka jaman SMP dulu, ingat Dasa Darma nya..Keren, inspiratif artikelnya :)
ReplyDeleteDasa darmanya dipraktikkan akan lebih keren wkwkwkkk... Ya, ini sama2 belajar
DeleteDasa darmanya dipraktikkan akan lebih keren wkwkwkkk... Ya, ini sama2 belajar
Deleteorangtua memang memiliki peran penting demi mencetak akhlak sang anak, artikel yang bermanfaat untuk dibaca orang tua
ReplyDeleteSilahkan kunjungi juga artikel saya : How to Choose your baby name
Ok.. Makasih uda mampir
DeleteBermanfaat sekali sharingnya mba. Kalau anak aku lebih menonjol kecerdasan logis, berteman, n visualnya. Emg tiap anak2 itu unik ya mba. Kita sebagai orang tua harus peka dengan bakat anak-anak kita dan dgn tepat mengarahkannya.:)
ReplyDeleteIya Mbak, sip dah kalo uda tau bakatnya. Tinggal memaksimalkan potensinya ntar. Sapa tau kelak dia jadi juara di bidangnya 😉
DeleteHai mba, wah artikel ini komplit sekali. Nggak nyangka itu penerapan dasa darmanya bener juga haha. baru nyadar ih. aku noted banget soal kecerdasan anak nih. lagi belajar lebih banyak soal ini juga biar bisa kasih metode belajar di rumah yang sesuai buat anak-anakku. mamaci ya mba
ReplyDeleteIya, sama2 Mbak... Aq juga lagi belajar & terus belajar. Belajar sepanjang hayat lah intinya 😅 itu dasa darma kenangan waktu ikut gerakan Pramuka. Kangen juga di kegiatan itu kalo uda jadi mamak2 gini 😅
Deletekalau anak saya cenderung kecerdasan kinestetik karena aktif banget
ReplyDeletemeski cewek ga bisa diam
dalam mobil aja ga pernah diam
selalu gerak
terus kecerdasan bahasa dan gambar.
ga pernah diajar, pandai sendiri gambar bahkan sok bikin komik meski belum bisa baca, tapi sudah kenal huruf. jadi saya disuruh eja apa yang mau dia tulis
Bagus, lanjutkan mom kalo uda tau apa kecerdasan si kecil. Moga bakat ini makin terpupuk dg baik ya mom. Selamat mendidik putri kesayangan ya...
DeleteApalagi anak kalau lagi masa pertumbuan gini lagi masa meniru orang disekitar dan pemberian stimulus juga penting banget. Yang pasti peran orang tua disini diuji untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk mencari bakat dan minat si anak ya moms.
ReplyDeleteHuum, pokoknya kudu ekstra hati2 kalo di depan anak... Saya juga lagi belajar ini mom, kadang masih suka kelepasan 😅
DeleteOrang tua berperan penting banget ya di masa golden age mereka. Mudah2an saya bisa terus mendampingi anak2 di masa golden age mereka ini. Walau usia anak pertama udah 4 tahun,masa banyak nanya, bisa protes, ngamuknya juara menguji kesabaran bgt semoga aku bisa melewatinya
ReplyDeleteEmang harus bener2 sabar, biar apa yg buruk dr kita gak keluar & ditirukan anak hmmm...
Deletepostingannya mengedukasi banget mbak... pengen banget jadi orang tua yang baik dan berakhlak mulia .. tapi kenapa kok kadang aku ga bisa lurus rus gitu.. jadi sering merasa berdosa sama naufal hikz
ReplyDeleteSama aja mom, saya juga kalo kebawa emosi bisa bentak2 sama anak. Suka kelepasan... Yah, gak ada yg bisa sempurna kan di dunia ini. Pokoknya kitanya berusaha belajar & terus perbaiki diri itu uda bagus.
DeleteSaya sudah punya anak 4, tapi tiap baca tulisan macam punya Mbak ini, jadi mikir lagi, kok masiiiih aja ada yg kurang, pe er mengasuh anak memang gak pernah selesai ya Mbak...btw salam kenal 😊
ReplyDeleteSalam kenal juga Mbak... Yah, namanya manusia kan gak ada yg sempurna Mbak. Saya juga lagi belajar ini, buat self reminder juga sih
DeleteSudah menjadi tugas orangtua untuk menggali dan mengembangkan bakat anak meskipun hanya melalui sebuat permainan. Saya jadi ingat masa kecil dulu, bikin pistolan dari pelepah pisang, kalau pancing-pancingan dari batang singkong bahkan buat boneka-bonekaan dari jagung ��.
ReplyDeleteSeru banget dan jadi momen indah sendiri di masa kanak2
Itulah kreatifnya anak zaman dulu. Mainan gak perlu beli yang mahal2, dari yg ada di alam aja uda jadi mainan seru sama teman2 sebaya
Deletemasa masa kencana ini memang masa masa penting banget dalam tahap kehidupan manusia yaaa. jika kita bisa memberikan yang terbaik dalam masa emas ini, inshaaAlloh anak anak kita juga bisa menjadi anak yang baik plus pribadi yang hebat yaaaa
ReplyDeleteIya mom, ibaratnya sebagai pondasi langkah kehidupan selanjutnya ya. Harus dibangun biar kokoh.
DeleteOrangtua cerminan dari prilaku anak, semoga kita bisa selalu berikan contoh yang terbaik ya bunsay. Agar anak tumbuh menjadi anak yang baik, soleh dan berprestasi di masa depannya nanti
ReplyDeleteAamiin. Betul banget itu mom. Makanya kita sebagai orang tua harus ekstra hati2 berperilaku sama anak.
DeleteSuper lengkap infonya kak. Anak aku paling berpengaruh kecerdasan visualnya dan lebih suka permainan outdoor atau diluar ruangan. Masih banyak PR yaitu belom begitu lancar ngomong tap sering diajak bercerita.
ReplyDeleteIya mom, sering2 diajak omong & dibacakan cerita ntar juga lama2 bisa lancar bicara... Atau mungkin emang tipe kepribadian dia yang cenderung tertutup mom?
Delete
ReplyDeleteFitrah keimanan (dibahas saat workshop) yg harusnya ditanam di 7 tahun pertama hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yg terlewat".
Hmm,,,Jazakumullah khairan katsira nasehat berharganya
Didiklah anak sesuai fitrah.
Fitrah apa?
Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.
Fitrah seksualitas?
Wow, , ,
gimana itu?
Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.
Jika ia laki2, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki2.
Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.
Usia 0 - 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.
Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi.
Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.
***
Usia 3 - 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya.
Perbanyak aktivitas bersama.
***
Usia 7 - 10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
Jika anak laki2, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yg menonjolkan sisi ke-maskulin-annya.
Nyuci motor, akrab dg alat2 pertukangan, dsb.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya.
Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih2 rumah, menjahit dsb.
***
Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.
Jika anak laki2, maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
*
Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tsb 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki2 lain.
Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.
Jika tdk dekat dg ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki2 yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Logis juga sih.
Saat ada laki2 yg memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau krn ada ayahnya yg lebih sering memujinya.
Kalau ada laki2 yg memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek2 krn ada ayahnya yg lbh dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.
Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dg ayahnya, maka sebaliknya, anak laki2 harus dekat dengan bundanya.
Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki2 punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.
Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki2 lain yg bs menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek, atau paman.
Sama dengan rasulullah.
Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu.
***
Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana? Sudah tuntas. Krn jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh.
Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita.
Maka fokus dan bersabarlah
Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman2.
Moga allah mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..
Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.
Apapun keadaannya, jangan lupa Bersyukur atas Nikmat Berkeluarga. Prinsip nya Ilmu Parenthing sangat luas.
Thanks sharingnya bunda... Saling melengkapi ya, ini segi parenting dipandang dari sudut usia2nya ya. Sangat bermanfaat nih...
DeleteMbak, sepertinya praja pramuka bangeet yaaa.. hihihi, hapal banget dasa darma, tapi justru sekarang kepake ya Mbak ilmunya.. Makasih nih sharingnya.. bermanfaat banget.
ReplyDelete😅 di antara teman2 apalah saya ini, cuma butiran debu di kepramukaan. Yap, semua ilmu yg baik itu kan bagusnya di praktekkan ya...
DeleteSelalu salut sama orang tua yang kau belajar mengenali kecerdasan anak anaknya sebelum menjudge anak itu bodoh. Dulu saya sering dikatakan bodoh karena nilai matematika yang selalu jeblok. Padahal tolak ukur pintar bukan cuma nilai matematika kan ? Makanya sekarang setelah jadi orang tua saya belajar memahami apa yang anak anak saya lakukan.
ReplyDeleteSama... Sy juga selalu jeblok di nilai math 😅 eh ternyata emang saya sukanya sm nulis2, bukan ngitung2. Kecuali kalo ngitung2 duit belanja ya mom,harus bisa.
DeleteMba Amii, nemu aja hubungan antara mengasuh anak sama dasa dharma pramuka, etapi aku setuju bahwa anak anak itu harus dikasih kesempatan untuk mencoba dan mengalami berbagai hal, agar emosi dan sensorisnya rerasah, sehingga kognitifnya optimal. Keren banget euy si kakak ga takut sama ayam. Oiya, gegara blognya Mba, jadi inget konsep optimalisasi lingkung -budaya, alam, keagamaan, resource di masing masing daerah itu unik dan sangat tepat untuk membantu tumbuh kembang anak
ReplyDeleteLain ladang lain belalang, lain lubuk, lain pula ikannya. Gitu kan? Bisalah, belajarnya si kecil disesuaikan sm adat orang2 setempat...
DeleteArtikelnya sangat informatif mbak. Farras hebat ya sudah berani peluk ayam. Hehee.
ReplyDeleteYang takut malah orang tuanya... Takut kalo dipatok atau dicakar si ayam ��
DeleteLengkap banget mbaaak artikelnya :)) aku juga lagi melihat-lihat nih anakku lebih cenderung menuju kecerdasan yang mana. Sedikit-sedikit sih mulai terlihat minatnya. Tapi masih perlu dipantau lagi hehehe
ReplyDeleteYup, semangat menggali bakat & minat si kecil Mbak. Biar terdeteksi sedini mungkin. Ntar biar gampang deh ngembangin ke depannya.
DeleteYa ampun, masa kencana. Sudah lama melupakan istilah ini. Kenapa ga dipakai aja istilah ini ya. Masa2 kencana ini memang perlu dimaksimalkan stimulasinya, supaya perkembangannya ga mandeg
ReplyDeleteMasa kencana memang lebih populer dengan sebutan golden age bunda... Jadinya terasa asing di telinga ya?
DeleteSekarang hp sudah mengubah kebersamaan ortu dan anak mba
ReplyDeleteItulah tugas orangtua selanjutnya, bagaimana caranya memanfaatkan hp atau teknologi lain secara bijak agar tidak merusak masa depan anak.
DeleteLengkap sekali mbk pembahasannya. Trimakasih pembahasannya. Gk mudah sih untuk melakukan smua itu, tp bukan berarti gk bsa. Aku noted ya untuk pengingat saat udh nikah dan pnya anak nanti. Salam, muthihauradotcom
ReplyDeleteIya Mbak... Boleh banget. Semoga postingnya ini bermanfaat & menginspirasi buat masa depan. Aamiin
DeleteWah, detil sekali isinya. Komplit banget.
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga bermanfaat ya mommy... Boleh dishare & dibikin catatan kok.
DeleteSuka dengan penggunaan istilah Usia Kencana, sebagai pengganti golden age
ReplyDeleteIya mom, biar kelihatan Indonesia banget gitu, gak keInggris2an wkwkwk... Istilah Indonesia yang belum terkenal, padahal sudah tersedia.
Deletemakasih sharingnya yang penting jangan memaksa keinginan kita dia mau apa, ya biarlah mereka melaukan apa yg dia suka
ReplyDeleteSama2 mom... Semoga bermanfaat & menginspirasi. Boleh dishare balik ya mom. Supaya makin banyak yang dapat ilmunya.
DeleteLengkap sekali..semoga kita bisa ngasih teladan yang baik buat anak2..
ReplyDelete