Risiko Bisnis Startup Fintech
Gambar oleh freepik |
Berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2019 tumbuh 10,12 persen. Angka ini meningkat dari tahun 2017 dimana angka penetrasi internet di Indonesia tercatat sebanyak 54,86 persen. Ini artinya terdapat potensi yang dapat dimanfaatkan dalam peningkatan inklusi keuangan di Indonesia.
Hal tersebut terlihat dengan maraknya e-commerce (toko online), cashless payment, dan salah satunya yang kini berkembang adalah perusahaan financial technology (fintech). Bisnis fintech bertujuan agar masyarakat dapat mudah mengakses produk keuangan, transaksi pembayaran dan juga meningkatkan literasi keuangan meliputi proses jual beli saham, peminjaman uang secara peer to peer, investasiritel, transfer dana, dan perencanaan keuangan.
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Februari 2019 ini terdapat 99 platform fintech lending yang telah resmi terdaftar di OJK. Jumlah tersebut bertambah dari Desember 2018 sebanyak 88 fintech.
Risiko Bisnis Fintech
Meski pertumbuhan fintech terus meningkat, namun terdapat risiko bisnis Fintech yang perlu diperhatikan, di antaranya sebagai berikut:
1. Risiko Strategis
Risiko ini disebabkan karena ketidakpastian yang menyebabkan kurang matangnya strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis. Hal tersebut dapat disebabkan karena perubahan teknologi, perubahan dalam permintaan pelanggan, biaya bahan baku meningkat, kompetitor baru yang lebih kuat, dan perubahan skala besar lainnya.
2. Risiko Regulasi
Kebijakan terkait fintech diatur oleh OJK dengan tujuan agar produk yang ditawarkan lebih transparan dan jelas. Risiko regulasi pada umumnya meliputi risiko kepatuhan (compliance) terhadap aturan dan kebijakan seperti kerahasiaan data, pendanaan terorisme, dan pencucian uang.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional menjadi salah satu penyebab utama sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan. Menyiapkan manual operasional yang menggambarkan pelaksanaan proses bisnis secara berkala sangat penting sebagai upaya mengurangi terjadinya risiko ini. Selain itu, perlu dilakukan peninjauan dan proses audit baik internal maupun ekternal.
4. Risiko Teknologi
Risiko ini berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan sistem yang meliputi phising, hacking, maupun kegagalan software dan hardware. Upaya untuk mengurangi atau mencegah terjadinya risiko ini dapat dilakukan dengan berkerja sama dengan perusahaan penyedia sistem terkait dengan update perangkat lunak, penyedia mekanisme untuk mencegah kebocoran data yang sifatnya rahasia, dan bekerja sama dengan penyedia teknologi dalam mendeteksi kegagalan sistem.
5. Risiko Cyber
Risiko ini didefinisikan sebagai segala risiko kerugian bagi keuangan perusahaan, seperti terjadi kekacauan, pencurian data rahasia, pencemaran nama baik, yang terjadi karena adanya kegagalan pada sistem teknologi informasi dan komunikasi internal. Meski berkaitan dengan sistem teknologi dan komunikasi, tanggung jawab risiko ini merupakan seluruh lapisan perusahaan.
Manajemen Risiko Bisnis
Setiap risiko sebenarnya dapat dicegah maupun diminimalisir dampaknya. Melakukan manajemen risiko yang baik dapat membantu perusahaan fintech mengidentifikasi, mitigasi dan mendapatkan solusi atas risiko-risiko yang bisa terjadi.
Menggunakan jasa konsultan manajemen risiko dan broker asuransi juga disarankan untuk penerapan manajemen risiko yang terpadu. Broker asuransi akan membantu untuk mengidentifikasi risiko dan memberikan solusi sesuai risiko bisnis. Salah satunya adalah memiliki asuransi bisnis untuk meminimalisir kerugian secara finansial mengingat risiko yang dapat terjadi cukup besar. Beberapa asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi perbankan, atau asuransi cyber dapat dipilih untuk melindungi perusahaan.
0 Response to "Risiko Bisnis Startup Fintech"
Post a Comment
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...