Cita-Cita dan Realitas Literasi di Indonesia
Pertemuan tatap muka 50% baru saja berlangsung, setelah setahun lebih anak-anak belajar secara daring. Tentu saja semangat belajar anak-anak perlu dinaikkan. Karena kemampuan mereka bisa dikatakan tertinggal. Ya, mengajari anak usia SD secara daring selama setahun yang lalu sepertinya masih belum bisa dicapai hasil yang maksimal.
Siang itu.... Suaraku hampir serak, keringat pun mulai bercucuran. Sedari tadi berdiri sambil setengah berteriak, membimbing separuh kelas supaya fokus membaca buku teks yang ada di hadapan mereka. Bahkan setelah membaca buku siswa pun, kebanyakan masih tak bisa menemukan informasi yang ditanyakan. Padahal jawabannya sudah tersedia di teks bacaan.
Sebagai guru, aku mulai mempertanyakan kompetensiku. Mereka sudah duduk di kelas lima, namun kemampuan literasinya belum mencapai tahap mengevaluasi dan merefleksi. Fakta yang kutahu, dari dua puluh tujuh siswa, hanya ada sekitar lima anak yang biasanya bisa mencapai ke tahap ini.
Mengupas Level Literasi Anak Indonesia melalui Data PISA
Di zaman yang serba cepat ini, kita bisa mendapatkan data-data perkembangan pendidikan secara akurat melalui PISA (Programme for International Student Assessment). Selain itu, kita juga bisa membandingkan capaian kompetensi kecakapan hidup siswa Indonesia terhadap standar Internasional, serta mengetahui perkembangan capaian hidup tersebut sepanjang waktu. Nah, dari data-data yang diperoleh ini, kita akan mengetahui kekurangan suatu sistem pendidikan, sehingga bisa dilakukan perbaikan nantinya.
Bagaimana setelah mengamati grafik di atas? Sudah tahu kah kemampuan literasi anak Indonesia sejauh mana? Yup, betul. Sebesar 30% siswa mencapai tingkat kemahiran membaca minimum atau tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan yang 70% dari samplenya kemana? Mereka tepat berada di bawah garis normal. Hal itu berarti kemampuan membaca mereka masih berada di grafik berwarna merah dan kuning atau level 1 dan 2.
Sebagai seorang guru abad 21, tentu saja hasil penelitian PISA ini membuatku menghela napas panjang. Karena kenyataan pahit ini memang benar, sebuah realitas. Persis seperti yang telah kualami ketika mengajar di kelas.
Mayoritas anak-anak berada di tingkat kompetensi yang memerlukan intervensi khusus. Dimana siswa belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks ataupun membuat interpretasi sederhana. Sedangkan sebagian lainnya berada di tingkat dasar. Dimana siswa telah mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi sederhana.
Lalu Bagaimana Solusinya?
Berdasarkan grafik di atas, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran bisa sangat berpengaruh terhadap hasilnya. Maka dari itu, guru bisa memaksimalkan TIK dalam proses pembelajaran, Terutama selama pembelajaran daring. Karena anak zaman sekarang, lebih akrab dengan TIK daripada anak-anak zaman dulu. Anak lebih tertarik memegang laptop atau smarphone daripada berhadapan dengan buku-buku tebal.
Selain itu, harus ada tambahan waktu belajar dan pembiasaan membaca kepada anak-anak, yang dilakukan di luar jam sekolah. Untuk melaksanakannya, tentu saja fasilitasnya juga harus memadai. Salah satunya dengan memanfaatkan platform mengajar digital. Tujuannya supaya mereka bisa belajar dimana saja dan kapan saja. Karena sangat disayangkan jika 100% orang tua dan anak sudah memiliki smartphone canggih, tetapi belum dimanfaatkan untuk menaikkan kemampuan literasi anak-anak.
Lewat KOCO Schools, Mengajar Daring Tak Lagi Garing
KOCO adalah perusahaan EdTech yang berkembang pesat di Asia, dengan kantor di Singapura, Indonesia, dan India. Perusahaan ini telah menciptakan 3 produk baru untuk membantu komunitas sekolah, guru, dan orang tua. Di dalamnya termasuk KOCO Schools dan KOCO Space, platform mengajar secara digital yang membantu sekolah dan orang tua mengelola studi siswa dan anak mereka dengan lebih baik.
Melalui platform mengajar yang canggih ini, guru bisa berinteraksi dengan siswanya secara lebih dekat. Mengapa demikian?
1. Guru bisa mengunggah dan membagikan tugas
Guru bisa mengirim tugas ke siswa hanya dalam satu klik. Tugas tersebut juga bisa dijadwalkan dan diberi tenggat waktu supaya bisa melatih kedisiplinan siswa saat mengerjakan tugas.
2. Guru bisa memberikan catatan terhadap tugas siswa
Melalui fitur ini, guru bisa menerangkan, mengomentari, atau mengkritik teks hasil karya siswa.
3. Guru bisa memantau kemajuan dan menilai perilaku siswa
Melacak kemajuan masing-masing siswa dan kelas secara real time untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, bukan lagi hal yang menyulitkan. Tapi bisa juga dinikmati melalui platform ini.
Ini kayak zoom gitu mbak? Tapi fiturnya cocok untuk mengajar dan belajar ya? Semua fitur yg didapat gratis atau berbayar nih
ReplyDeleteSepertinya aplikasinya menarik nih, bisa digunakan untuk bimbingan belajar di tempat saya
ReplyDeletebagus banget KOCO School ya?
ReplyDeleteMembimbing anak belajar sesuai kebutuhan siswa
sehingga anak bisa mengejar target
karena hal tersebut menjadi salah satu syarat keberhasilan menjangkau nilai2 PISA
Semakin banyak ragam platform cerdas yang menguntungkan bagi siswa dan pengajar dalam menyampaikan materi. Semoga dengan KOCO School, semua yang dibutuhkan bisa terpenuhi dan literasi pun semakin meningkat.
ReplyDelete