Wujudkan Keluarga Sehat dengan Imunisasi Lengkap
Tangisan anak-anak memecah suasana sekolah pagi itu. Kulihat dari kejauhan, seorang ibu dan guru olahraga sedang berusaha memegangi siswi kelas satu yang tidak mau disuntik. Siswi itu meronta-ronta sekuat tenaga, meneriakkan suaranya dengan amat kencang. Sampai-sampai terdengar dari kelasku, kelas 5A, yang terletak di pojok sekolah. Aku hanya mengamati sebentar dari luar, tak masuk ke dalam. Khawatir kelasku ikut bubar karena dari awal masuk mereka sudah antusias dengan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) ini.
Kejadian menghebohkan semacam itu sudah biasa terjadi saat pelaksanaan imunisasi di sekolah. Pasti ada saja yang ketakutan setengah mati dengan jarum suntik. Padahal sakitnya juga tak seberapa, dan kawan-kawan lainnya juga tenang-tenang saja. Seakan-akan mereka yang meraung-raung ini memiliki phobia terhadap jarum suntik.
Pernah pula ada beberapa walimurid mendatangiku. Persis ketika pemerintah mengumumkan adanya vaksinasi COVID-19. Penyebabnya karena mereka merasa khawatir dengan vaksinasi ini. Maklum, vaksin COVID-19 saat itu masih merupakan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Banyak hoax beredar pula waktu itu. Mungkin juga mereka termakan info menyesatkan yang entah dari mana datangnya.
Sebenarnya bukan hanya mereka yang merasa gusar dengan vaksinasi ini. Saya sendiri sebagai guru, sebenarnya juga merasa sedikit khawatir ketika harus memberikan vaksin COVID-19 kepada anak-anak. Karena memulai sesuatu yang baru itu juga bukan hal yang mudah. Ada pro dan kontra di dalamnya, sehingga menjadikan pertimbangan antara iya dan tidak semakin sulit.
Namun sebagai pendidik yang berpikiran logis, tentu saja aku tidak boleh menyimpan perasaan itu lama-lama. Aku harus memiliki keyakinan terlebih dahulu dengan tingkat keamanan vaksin COVID-19, dan harus yakin akan kecilnya tingkat bahaya dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Dengan demikian, aku baru bisa menularkan positive vibes kepada orang lain demi terwujudnya "Indonesia yang Lebih Sehat".
Selain sebagai guru di Sekolah Dasar, aku juga memiliki dua anak yang masih bersekolah di tingkat PAUD dan TK. Puji syukur kuucapkan, meskipun aku tidak pernah bisa mendampingi mereka saat imunisasi RUTIN di posyandu maupun BIAS di sekolah. Aku tidak pernah mendengar keluhan bahwa anak-anakku menangis saat disuntik. Hal ini membuatku merasa lega. Bahwasannya mereka memiliki mental yang tangguh, walaupun tidak diantar ibunya seperti halnya teman-teman mereka.
Anakku sudah selesai mengikuti imunisasi |
Prinsipku, setelah aku memiliki energi positif dari diri sendiri, aku harus menularkannya kepada anggota keluarga. Baik itu keluarga inti maupun keluarga besar di tempat kerja. Jadi, anak-anakku bisa dipastikan selalu mengikuti kegiatan imunisasi. Begitu pula dengan anak-anak didikku. Bagi mereka yang belum sempat mengikuti di sekolah karena suatu alasan, aku selalu menyarankan agar mereka menuju puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi sesegera mungkin.
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Jawa Timur
Dilansir dari kemkes.go.id, Capaian imunisasi rutin mengalami penurunan sejak tahun 2020. Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI dr. Maxi Rein Rondonuwu mendorong terus pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan untuk mengejar target cakupan imunisasi 79,1%.
Berdasarkan laporan data imunisasi rutin bulan Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4% dari target 79,1%. Untuk Wilayah Jawa Timur, cakupan imunisasi dasar lengkapnya di atas 60%. Padahal, kekebalan kelompok baru dapat tercapai apabila cakupan imunisasi rutin mencapai minimal 95% secara merata di seluruh wilayah, sampai unit terkecil yaitu tingkat desa/kelurahan.
Hal ini tentu saja cukup mengkhawatirkan karena cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata dapat menyebabkan timbulnya akumulasi populasi rentan yang tidak kebal terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Jenis PD3I yang ada di Indonesia itu berupa BCG, polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, campak, dan rubela.
Siapa sih yang menginginkan anaknya memiliki kekebalan tubuh rendah dan memiliki penyakit seperti itu? Pasti tidak ada satupun orang tua yang menginginkannya kecuali dia orang yang tidak waras. Jika masih saja tidak percaya hasil penelitian dan termakan hoax mengenai imunisasi, pastikan nalar Anda masih bisa diajak berpikir logis. Imunisasi ini merupakan salah satu upaya agar kita bisa hidup sehat. Dengan kondisi jiwa raga yang sehat, diharapkan kita bisa hidup lebih sejahtera.
Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono sudah pernah mengatakan bahwa imunisasi adalah intervensi yang efektif. Karena 2 sampai 3 juta kematian global dapat dicegah setiap tahunnya dengan imunisasi, kemudian 26 penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Jadi, imunisasi ini sudah terbukti sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia.
Masih ada kesempatan bagi anak-anak yang belum divaksinasi lengkap. yaitu melalui upaya Imunisasi Kejar. Kegiatan Imunisasi Kejar merupakan kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi dan Baduta (bawah dua tahun) yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional. Imunisasi kejar dapat diberikan pada anak sampai usia 36 bulan.
Tuh, mama-mama yang merasa anak-anaknya belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap, masih punya kesempatan loh. Jangan sampai menyesal di kemudian hari hanya karena kurang kehati-hatian saat menerima informasi. Coba ditelaah lagi, mana informasi yang benar-benar memiliki validitas tinggi, dan mana informasi yang sekedar bertujuan untuk mengacaukan keadaan dengan berita bohong.
Bijak Menyikapi Berita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Vaksinasi sendiri memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan komplikasi yang disebabkan oleh virus Covid-19, untuk itu kepada masyarakat, khususnya para orang tua, diimbau untuk tetap membawa anak atau keluarganya agar segera mendapatkan vaksinasi Covid-19. Semakin cepat menerima vaksin, semakin cepat juga mendapatkan perlindungan dari Covid-19.
Rekam Jejakku dalam Mewujudkan Indonesia yang Lebih Sehat
Nah, di sinilah aku merasa berperan untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat yang bisa dijangkau. Misalnya terhadap lingkup terkecil yaitu keluarga, walimurid, dan anak didikku di sekolah. Aku harus lebih sering mengajak mereka yang masih ragu-ragu akan pentingnya imunisasi, sehingga tidak ada lagi keraguan dalam mengikuti program imunisasi yang sudah disiapkan oleh pemerintah bersama seluruh pihak terkait.
Seperti halnya mengenai beberapa walimurid yang pernah mendatangiku waktu itu. Pertama-tama tentu saja aku tidak langsung melarang dan menyanggah alasan mereka untuk tidak mengikuti vaksinasi COVID-19. Kuterima dulu keluhan dan ketakutan mereka akan kondisi anak-anak setelah menerima vaksin. Baru beberapa minggu kemudian, setelah reda rasa ketakutan mereka, mulai kulakukan pendekatan dan kuberikan sedikit demi sedikit keyakinan. Agar mereka mengizinkan anak-anak mereka mengikuti vaksinasi di sekolah demi terwujudnya "Indonesia yang Lebih Sehat".
Perlu dijelaskan juga kepada orang-orang seperti mereka, bahwa imunisasi adalah salah satu investasi untuk masa depan anak-anak. Maka hal ini harus diutamakan. Orangtua tidak perlu khawatir berlebihan, anak-anak tetap bisa melakukan vaksinasi dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik, sehingga tidak perlu takut dengan kegiatan vaksinasi.
Saat ini aku tinggal di Gresik, sebuah wilayah yang kental dengan kegiatan keagamaan. Aku bisa menepis keraguan walimurid akan imunisasi dengan dalih imunisasi itu penting karena semua negara di dunia sudah melakukannya. Majelis Ulama Indonesia tidak pernah melarang imunisasi. Di dalam Fatwa MUI nomor 4 tahun 2016 tentang imunisasi terdapat salah satu poin yang menyatakan bahwa jika seseorang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian maka hukumnya jadi wajib. Jadi, dari sini bisa disimpulkan bahwa imunisasi itu aman dan bermanfaat bisa melindungi diri dari penyakit berbahaya.
Kebetulan pada hari Selasa tanggal 12 April 2022, mulai pukul 09.00 s/d 11.00 WIB, diadakan acara Temu Blogger dengan Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si., dan Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M. TropPaed, yang dimoderatori oleh dr. Nathalia Ningrum, Sp.A. Acara bertema Sehat kini dan Nanti, Bersama Kita Imunisasi ini dibuka oleh dr. Prima Yosephine, MKM, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi.
Di acara spesial ini banyak sekali ilmu bermanfaat yang bisa kuperoleh, terutama tentang imunisasi. Mulai dari cerita nyata tentang permasalahan pembelajaran daring ketika pandemi, yang benar-benar dialami para guru, hingga pada penjelasan KIPI yang sesuai dengan realitas. Penjelasan para pemateri tak jauh dari apa yang sudah kutuliskan di atas. Meskipun mungkin tulisanku ini terbatas, aku masih berharap bisa bermanfaat buat pembaca.
Imunisasi untuk anak memang penting ya, Mbak. Kalau aku sering antar keponakanku untuk imunisasi di POSYANDU.
ReplyDeletememang vaksin ini penting banget, dan peran sekolah juga keluarga sama pentingnya, alhamdulilla di sekolah anakku rutin vaksin untuk anak2
ReplyDeleteAku seneng banget baca tulisan seperti ini. Yuk terus edukasi masyarakat supaya menerima imunisasi lengkap, apalagi anak-anak. Imunisasi itu penting buat diri sendiri dan sesama
ReplyDeleteVaksin penting untuk bantu daya tahan tubuh terhadap virus/bakteri. Apalagi untuk anak-anak
ReplyDeletePenyebab cakupan imunisasi yang rendah itu apa, ya Mbak? Apakah banyaknya hoaks yang beredar?
ReplyDeleteaamiin... aku termasuk orang yang mengikuti vaksin untuk anak karena menjadi salah satu ikhtiar juga ya kan untuk meningkatkan imunitas
ReplyDeleteMemang sih Mba, sesuatu yang baru semisal imunisasi Covid-19 kemarin bujan hanya membuat orangtua khawatir karena diberikan pada anak-anak mereka. Bahkan banyak pula orang dewasa yang punya kekhawatiran tersendiri. Banyak pula informasi hoax yang menyebar dan bikin gempar. Semoga dengan banyaknya anak-anak yang sudah menjalani vaksinasi, peluang agar pandemi ini lekas berakhir makin terbuka lebar ya.
ReplyDeletesetuju nih mba.. memang sebaiknya kita melindungi keluarga dengan imunisasi yaa.. karena ada banyak banget ketidakpastian di masa depan, salah satunya tentang kondisi kesehatan
ReplyDeleteSaya bersyukur dokter anak yang biasa menangani anak-anak saya komunikatif banget. Kaish tau tentang KIPI dan segala macam hal ttg imunisasi. Jadi gak sekadar nyuntik. Sebagai orangtua, saya jadi teredukasi dan semakin tau pentingnya imunisasi untuk anak
ReplyDeleteImunisasi yang lengkap untuk anggota keluarga memberikan kebahagiaan tersendiri dan ibu memang tidak lagi dihimpit rasa waswas. Itu pula yang saya alami. Anak-anak semua sudah diimunisasi tak ada jadwalnya yang terlewatkan
ReplyDeleteCakupan imunisasi harus semakin diperluas sehingga anak anak bisa terlindungi. Hanya saja ini nggak hanya butuh kerjasama satu pihak tapi banyak pihak ya mba
ReplyDeleteGara2 pandemi emang sempet beberapa imunisasi ada yang tertunda ya mbak. Syukurlah sekarang kondisi mulai membaik jadi bisa mengejar beberapa ketertinggalan. Lbh baik telat daripada gak divaksin samsek.
ReplyDeleteMendukung sekali program Pemerintah "Indonesia yang Lebih Sehat" dengan imunisasi lengkap. Bismillah, semoga dengan langkah pencerahan, maka anak-anak senantiasa sehat dan penuh semangat.
ReplyDeleteImunisasi lengkap adalah cara untuk melindungi anak agar selalu sehat dan terhindar dari berbagai penyakit ya mbak
ReplyDeleteDukung gerakan imunisasi lengkap seluruh keluarga Indonesia,, agar tumbuh generasi anak2 Indonesia yang lebih sehat dan memiliki daya saing di kancah internasional nantinya di masa depan
ReplyDeleteSama dong mbak. Saya pun mengikuti acara yang diselenggarakan secara virtual tersebut. Benar-benar jadi tercerahkan dengan apa yang dipaparkan oleh Prof Miko terkait pentingnya imunisasi dasar lengkap itu.
ReplyDeletesaya mengikuti anjuran pemerintah mbak, jadi 3 anakku imunisasinya lengkap.
ReplyDeleteEntar setelah lebaran pokoknya nggak boleh telat buat datengin lokasi imunisasi kejar, biar anak anak mendapatkan haknya diimunisasi lengkap. Karena aku pernah dampingi anak rawat inap karena pheumonia duh sedih banget. :(
ReplyDeleteAku jadi ingat dulu saat SD, ada program vaksinasi dari Puskesmas. Kami dikumpulkan di kelas di lantai 2 gedung sekolah. Saat menunggu petugas datang, teman-temanku yang terkenal nakal banget dan badannya gede, lebih memilih lompat dari lantai 2 lalu kabur daripada disuntik yang sakitnya ringan banget menurutku, ckckck.
ReplyDeleteMakanya selain harus sadar pentingnya vaksinasi, menurutku para orang tua juga harus stop menakuti anak-anak tentang jarum suntik dan dokter.
alhamdulillah anakku sudah imunisasi lengkap sesuai anjuran pemerintah. imunisasi ini penting banget soalnya.
ReplyDelete