Gubuk Baca Multifungsi dari Kaki Semeru
Hujan di Kota Gresik masih bertahan sejak semalam hingga siang. Daun-daun pepohonan basah karena guyurannya. Anak-anak berlarian menuju pintu gerbang sekolah, menjelang kepulangan. Tak takut terjatuh, dengan riangnya mereka bermain air hujan. Aku hanya mengamati dari kejauhan.
Enam tahun telah berlalu sejak aku meninggalkan Kabupaten Malang tercinta, tanah kelahiranku. Rindu menggebu ingin kutahu bagaimana kabar di sana sekarang. Terakhir yang kutahu adalah insiden Kanjuruhan yang menewaskan seratus lebih orang.
Berbicara tentang wilayah Malang memang sangat luas, mencakup Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang. Rentetan dataran tinggi, gunung, dan lautnya membuat kondang beberapa tempat wisata alam. Adalah Kaki Gunung Semeru, merupakan salah satu tempat yang familiar denganku, karena aku dulu dilahirkan di dekat sana.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Kaki Semeru
Wilayah Kabupaten Malang cukup luas, sekitar 2977 kilometer persegi dan terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan kelurahan. Hal ini mengakibatkan kondisi masyarakatnya pun beragam. Apalagi dilihat dari sejarahnya yang sangat dekat dengan kerajaan bercorak hindu. Di antaranya ada Kerajaan Singasari dan Mataram yang pernah jaya pada zamannya, hingga mengalami keruntuhan beberapa abad yang lalu.
Kondisi tersebut menjadikan masyarakatnya memiliki kepercayaan yang cenderung bersifat "abangan", terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan seperti di wilayah Desa Sukolilo Kecamatan Jabung. Setiap orang tentu saja berhak memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing, dan kalau sudah menjadi keyakinan, akan sulit dimasuki oleh paham-paham lainnya. Apalagi keyakinan tersebut telah mendarah daging pada seseorang atau sebuah kelompok.
Demikian pula dengan budaya masyarakat setempat. Mereka memiliki ciri khas tersendiri yang masih bersinggungan dengan masa lalunya. Seperti tari tradisional yang ada, tari topeng Malang, ada unsur wajah buatannya, layaknya patung yang banyak kita jumpai di wilayah Kabupaten Malang.
Keadaan iklim daerah pegunungan yang cenderung sejuk dan berhawa dingin, membuat sebagian masyarakatnya mencoba beradaptasi dengan keadaan ini. Salah satunya adalah dengan menenggak minuman keras di waktu-waktu tertentu agar badan tetap terjaga kehangatannya. Karena mereka bukanlah dari golongan santri, maka hal ini seakan-akan terlihat lumrah dilakukan. Padahal kebiasaan negatif ini tetap bisa mengganggu kesehatan mereka.
Masyarakat di Desa Sukolilo juga bukan termasuk golongan priyayi. Mayoritas pekerjaan mereka adalah bertani dan berkebun. Banyak anak-anak yang membutuhkan tempat untuk menyalurkan kreativitas dan semangat mereka. Karena aktivitas di sekolah juga terbatas, hanya memfasilitasi dari waktu pagi sampai siang. Kebetulan ada seorang pendaki yang ingin mewujudkan mimpi terpendamnya selama 15 tahun untuk membantu anak-anak pada khususnya dan warga pada umumnya di desa ini.
Kabar Baik dari Kaki Semeru
Sumber gambar: Mongabay |
Ada sebuah besutan bertajuk "Gubuk Baca" yang digagas oleh Fachrul Alamsyah yang kerap disapa Irul beserta teman-temannya. Gubuk baca ini telah didirikan sejak tahun 2014, dan berkembang hingga sekarang. Gagasan ini telah menjadi inspirasi masyarakat luas sehingga layak dianugerahi sebagai salah satu penerima penghargaan Kampung Berseri Astra (KBA).
KBA ini adalah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung. Visi program ini adalah mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.
Berawal dari keinginan Irul untuk membangkitkan minat baca di Desa Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, beragam kegiatan positif bisa terwujud dari gubuk baca. Kehadiran gubuk baca ini juga diharapkan bisa menjadi objek wisata edukasi yang menarik. Setiap tamu yang datang, tak hanya bisa mendapatkan souvenir tapi juga bisa membawa ilmu untuk dibagikan kepada orang lain.
Tentu saja dengan dukungan dan kontribusi dari Astra, melalui Kampung Berseri Astra. Apa saja wujud dari beragam kegiatan positif tersebut?
Gerakan Literasi Tanpa Buku
Sumber gambar: ngopibareng |
Menurut Irul, yang namanya membaca, tak hanya membaca buku teks tertulis, namun bisa diartikan lebih dari itu. Membaca bisa dipahami dari segi arti yang lebih luas. Bisa membaca melalui lukisan, tarian, maupun karya seni lainnya. Oleh karena itu, gubuk baca bisa menjadi pusat aktivitas dan kreativitas anak-anak.
Di tempat sederhana ini, anak-anak bisa bermain berbagai permainan tradisional, seperti congklak, egrang, gasing, dan yoyo. Selain itu juga digunakan untuk menggambar, mewarnai, bermusik, dan menarikan tarian tradisional. Banyaknya kegiatan yang bisa dilakukan di gubuk baca, membuat anak-anak merasa betah berlama-lama di sana.
Dari kegiatan-kegiatan menarik tersebut, Sang Penggagas menyiapkan setiap gubuk agar memiliki produk unggulan yang disesuaikan dengan potensinya. Produk-produk tersebut di antaranya batik, topeng, maupun kerajinan dari sampah berbahan plastik. Karena gubuk baca juga dimanfaatkan sebagai agen bank sampah. Sehingga bisa juga digunakan sebagai tempat pengolahan sampah plastik yang dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan.
Memoles Paradigma Kampung Tato
Sumber gambar: (1) agripreneurship, (2) kompas, (3) ngopibareng |
Febri Firmansyah atau yang kerap disapa Lukas, membangun gubuk baca dari bambu di Gang Tato. Ada sekitar 200 eksemplar buku yang menjadi salah satu daya tarik di sini. Ada pula beraneka ragam hiasan dari kertas origami, kerajinan dari bekas botol plastik, dan topeng Panji dari bahan kertas.
Di gubuk ini juga kerap didatangi para mahasiswa untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak di sekitarnya. Bimbingan tersebut dilakukan untuk menyelesaiakan tugas sekolah, ataupun mendalami pelajaran di sekolah.
Mengenai sebab mengapa dinamai sebagai gang tato, itu karena para pemuda di kampung ini menato sekujur tubuhnya dengan beraneka gambar yang dilakukan secara autodidak. Jadi bukan dilakukan oleh ahlinya.
Lukas juga menato tubuhnya dengan tato. Namun dengan banyaknya tato di tubuh para pemuda, tak menghalangi mereka untuk memberikan sumbangsihnya ke gubuk baca. Melalui media sosial, Lukas berkomunikasi dengan Irul. Hingga akhirnya gubuk baca pun didirikan di halaman rumah Lukas, dan terus berkembang dengan bantuan para pemuda dari kampung ini.
Menggeser Budaya Negatif Menuju ke Arah Positif
Sumber gambar: republika |
Keberadaan gang tato, sepaket dengan kebiasaan negatif para pemudanya. Kebiasaan negatif itu seperti tawuran, judi, mabuk-mabukan, bahkan sampai berurusan dengan polisi karena lokasi gang tato yang berdekatan dengan kantor polisi.
Adanya gubuk baca dan segala rutinitas di dalamnya, perlahan-lahan mulai menggeser budaya-budaya negatif tersebut. Meskipun belum bisa sepenuhnya, namun setidaknya ada perubahan budaya menuju yang lebih positif dan bermanfaat bagi sesama.
Karena kebiasaan negatif yang diwariskan secara turun-temurun oleh para pemuda teralihkan, sehingga dampaknya bisa menyelamatkan generasi selanjutnya. Generasi ini diharapkan bisa terhindar dari budaya negatif tersebut. Lantas, mereka akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang cemerlang dan lebih berbudaya positif.
Mengembangkan Budaya Topeng Malangan
Sumber gambar: kompas |
Seni tari topeng yang berasal dari Malang, beserta pembuatan topengnya pun mulai digencarkan dari gubuk baca. Dialah Muhammad Sugeng alias Lihonk, sang seniman tato, yang mulai belajar membuat topeng Malangan untuk dijadikan souvenir ataupun untuk menari.
Belajar dari Mbah Parjo, dia mengembangkan bakat senimannya dari membuat topeng hingga menarikan tari topeng Malangan. Bahkan, dia juga mulai menularkan kegiatan ini terhadap pemuda setempat. Pada akhirnya, mereka pun mampu membuat sebuah pertunjukan bersama.
Dampak positifnya tak hanya sampai di sana, lebih dari itu, kini kebiasaan mabuk-mabukan para pemuda menjadi teralihkan. Mereka beralih menjadi pengrajin topeng berbagai karakter ukiran. Ada ukiran topeng Jabung, Tumpang, dan Pakisaji.
Gubuk baca dirasa bisa membawakan cerita tersendiri bagi setiap orang yang menggali asal usulnya. Cerita yang sangat inspiratif dan mampu memberikan hikmah bahwa tak semua hal yang tampak buruk di awal, akan menjadi buruk pula di akhir ceritanya. Memang setiap manusia berhak memilih jalan hidupnya. Entah itu jalan yang berliku untuk mendapatkan keindahan di penghujungnya, ataukah jalan lurus yang tampak datar-datar saja. Jalan apapun itu, keberadaan gubuk baca telah sukses menjembatani banyak orang bangkit bersama untuk Indonesia.
0 Response to "Gubuk Baca Multifungsi dari Kaki Semeru"
Post a Comment
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...